Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan petrografi dan analisis komposisi modal, menggunakan metode penghitungan butir Gazzi-Dickinson. Hasil perhitungan komposisi modal diplot ke dalam diagram Q-F-L, Qm-F-Lt, dan Qp-Lv-Ls. Berdasarkan ciri litologi, Formasi Kantu di daerah penelitian dibagi menjadi Satuan Batupasir (Eosen Akhir bagian bawah) dan Satuan Batupasir – Batulempung (Eosen Akhir bagian atas). Secara umum, batupasir Formasi Kantu bertekstur klastik, butir berukuran pasir sangat halus hingga pasir sedang (0,0625 – 0,4 mm) dengan komposisi butiran sebesar 69 – 84%, matriks sebesar 7 – 17%, semen 4 – 7%, dan porositas 3 – 10%. Komposisi butiran terdiri dari kuarsa (35 – 50%), feldspar (3 – 6%), mika (4 – 8%), fragmen batuan (18 – 28%), material opak (1 – 3%), pada beberapa sampel mengandung zirkon, epidot, dan turmalin dengan jumlah total hingga 1 %, dan karbon (5 - 8%). Batupasir Formasi Kantu digolongkan sebagai sublitharenite, lithic greywacke, dan litharenite. Berdasarkan analisis petrografi dan perajahan komposisi modal, provenan utama Batupasir Formasi Kantu diperkirakan adalah Kompleks Kapuas / Bancuh Lubok Antu (Jura Akhir – Kapur Awal) dan Kelompok Rajang (Kapur Awal – Eosen Tengah) yang terletak di sebelah utara – timur laut Cekungan Ketungau. Kompleks Kapuas dan Kelompok Rajang tersebut terdeformasi dan terangkat menjadi tinggian pada Eosen Tengah - Eosen Akhir dalam peristiwa Orogen Sarawak.