digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TS PP MOH.ISWAH MARULLY 1-COVER.pdf


2009 TS PP MOH.ISWAH MARULLY 1-BAB 1.pdf

2009 TS PP MOH.ISWAH MARULLY 1-BAB 2.pdf

2009 TS PP MOH.ISWAH MARULLY 1-BAB 3.pdf

2009 TS PP MOH.ISWAH MARULLY 1-BAB 4.pdf

2009 TS PP MOH.ISWAH MARULLY 1-BAB 5.pdf

2009 TS PP MOH.ISWAH MARULLY 1-PUSTAKA.pdf

Gula merupakan komoditas strategis kedua setelah beras di Indonesia. Kebutuhan konsumsi baik rumah tangga maupun industri yang terus meningkat setiap tahun tidak dibarengi oleh peningkatan kualitas dan kuantitas gula yang tersedia. Penyebabnya beragam, dari mulai tumpang-tindihnya regulasi pemerintah, kondisi mesin produksi yang sudah uzur, sistem tanam-tebang yang tidak efektif hingga posisi petani yang terus dijadikan objek. Penelitian ini mencoba menganalisa penyebab-penyebab di atas dengan menggunakan pendekatan disiplin pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan aktivitas dalam problem solving. Dengan mengetahui apa masalah yang dihadapi dan bagaimana tahapan dan aktivitas yang ditempuh dalam memutuskan diharapkan dapat membantu stakeholder pergulaan nasional meningkatkan kemampuannya dalam memutuskan. Paul C. Nutt membagi proses pengambilan keputusan menjadi dua, proses penemuan (discovery) yang berujung kepada kesuksesan dan proses pemaksaan gagasan (idea-imposition) yang cenderung kepada kegagalan. Indikatornya adalah penggunaan praktik yang dikenal terbaik dalam tahapan-tahapan terpenting ketika memutuskan seperti menciptakan jaringan dengan stakeholders, partisipasi dan menciptakan situasi yang saling menguntungkan. Pendekatan kualitatif dipakai untuk mendeskripsikan dan mengeksplorasi fenomena yang ada. Grounded theory di kembangkan berdasarkan in-depth interview terhadap informan kunci yang terdiri dari DGI (Dewan Gula Indonesia) sebagai wadah perumusan kebijakan regulator, PG (Pabrik Gula) sebagai pusat aktivitas produksi, dan petani sebagai penyedia bahan baku. Hasilnya adalah dalam menghadapi masalah yang berulang setiap tahunnya PG dan DGI sebagai institusi formal menggunakan praktik-praktik terbaik dalam memutuskan sehingga proses yang ditempuh termasuk proses penemuan, meskipun terdapat kelemahan dalam mengelola hambatan sosial-politik. Sedang petani cenderung terjerumus ke dalam proses pengambilan keputusan dengan memaksakan gagasan dikarenakan sifat kultural mereka yang tertutup dan keenggan mencari informasi.