2009 TA PP RISANG ADI SUSENO 1-COVER.pdf
2009 TA PP RISANG ADI SUSENO 1-BAB 1.pdf
2009 TA PP RISANG ADI SUSENO 1-BAB 2.pdf
2009 TA PP RISANG ADI SUSENO 1-BAB 3.pdf
2009 TA PP RISANG ADI SUSENO 1-BAB 4.pdf
2009 TA PP RISANG ADI SUSENO 1-BAB 5.pdf
2009 TA PP RISANG ADI SUSENO 1-BAB 6.pdf
2009 TA PP RISANG ADI SUSENO 1-PUSTAKA.pdf
Flare atau sistem flare atau flaring adalah proses pembakaran senyawa kimia (biasanya berupa gas) yang merupakan hasil sampingan dari proses eksplorasi minyak bumi, penyulingan minyak, dan pabrik kimia. Proses pembakaran ini dilakukan agar secara langsung tidak dapat mencemari udara sekitar. Akan tetapi pada proses pembakaran ini menimbulkan pencemaran panas yang dapat mempengaruhi kelangsungan makhluk hidup maupun dapat merusak peralatan yang terdapat di sekitar lokasi flaring. Perlu dilakukan pemodelan sebaran suhu untuk mengetahui pola sebaran dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Dalam tugas akhir ini digunakan simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD) yaitu Model Fluent dengan menggunakan konsep mekanika fluida.
Persamaan dasar yang digunakan dalam pendekatan model sebaran suhu ini adalah penerapan persamaan energi pada perpindahan panas (heat transfer). Persamaan Reynolds Averaging Navier-Stokes (RANS) yang merupakan perhitungan konservasi massa dan momentum dalam ruang lingkup Eulerian. Persamaan turbulensi standar k-ε. Persamaan radiasi dengan menggunakan model radiasi P-1 serta menggunakan persamaan transpor kimia (chemical species transport). Pemilihan kelas stabilitas berdasarkan pemilihan kelas stabilitas yang dikembangkan oleh Pasquill-Gifford.
Penelitian dilakukan di cerobong flare SP Sindang PT. XYZ Region Jawa, Field Jatibarang di Kabupaten Indramayu. Analisis dilakukan pada bulan Maret 2009 pada pukul 09.00, 10.00, 11.00, 12.00, 13.00, 14.00, dan pukul 15.00. Waktu dengan sebaran terjauh dan termasuk suhu terpanas yaitu pada pukul 15.00 (65 m, 105 derajat C) dengan intensitas turbulensi sebesar 92%. Model Fluent menunjukkan rata-rata error yang cukup kecil yaitu sebesar 22.9 % untuk titik sampling BBF dan 25% untuk titik sampling BJF. Hasil menunjukan bahwa penggunaan model Fluent sudah cukup baik.