digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TA PP HARDANI PUTRA PRASETYA 1-COVER.pdf


2009 TA PP HARDANI PUTRA PRASETYA 1-BAB 1.pdf

2009 TA PP HARDANI PUTRA PRASETYA 1-BAB 2.pdf

2009 TA PP HARDANI PUTRA PRASETYA 1-BAB 3.pdf

2009 TA PP HARDANI PUTRA PRASETYA 1-BAB 4.pdf

2009 TA PP HARDANI PUTRA PRASETYA 1-BAB 5.pdf

2009 TA PP HARDANI PUTRA PRASETYA 1-BAB 6.pdf

Dalam setiap kegiatan pertambangan tentunya akan selalu menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu dampak penting dari kegiatan pertambangan batubara yang termasuk dampak lingkungan adalah air asam tambang (AAT), yaitu air yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi yang merupakan air lindian dari mineral sulfida yang teroksidasi. AAT dengan pH rendah dan kandungan logam tinggi dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola. Pengelolaan AAT dilakukan dengan dua metode, yaitu pencegahan AAT melalui metode preventif dan pengelolaan AAT dengan treatment. PTBA telah melakukan pengelolaan aktif dengan pemberian kapur di KPL yang terindikasi adanya AAT untuk meningkatkan pH dan menurunkan kadar logam terlarut. Metode ini berhasil mengelola AAT hingga memenuhi baku mutu lingkungan. Metode ini memiliki banyak kekurangan. Selain membutuhkan biaya yang relatif besar, metode ini tidak dapat meminimalisasi terbentuknya AAT untuk jangka panjang, terutama saat penutupan tambang. Meskipun pengelolaan AAT telah dilakukan dengan sangat baik, masih terdapat peluang terjadinya kegagalan dalam pengelolaan tersebut, yang berarti dapat mencemari perairan umum. Analisis risiko diperlukan untuk melihat risiko lingkungan yang dihadapi. Pendekatan cacthment area digunakan untuk melihat risiko tersebut dengan menganalisis sumber AAT pada tambang dan timbunan terhadap receptor (penerima). Terdapat dua cacthment area yang mencakup wilayah penambangan PTBA Tanjung Enim, yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Outlet cacthment area tersebut adalah Sungai Lawai dan Sungai Enim. Pengukuran risiko dengan melihat sensitivitas downstream menunjukkan bahwa risiko pada cacthment area Sungai Enim lebih tinggi daripada cacthment area Sungai Lawai. Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan cara meminimalisasi terbentuknya AAT dengan cara pencegahan dengan metode preventif, yaitu dengan dry cover atau pit backfill. Langkah lain dapat dilakukan untuk mengurangi peluang terjadinya pencemaran lingkungan dengan melakukan perlakuan pasif.