2009 TA PP MA SILVIA MARISSA INTANI 1-COVER.pdf
2009 TA PP MA SILVIA MARISSA INTANI 1-BAB 1.pdf
2009 TA PP MA SILVIA MARISSA INTANI 1-BAB 2.pdf
2009 TA PP MA SILVIA MARISSA INTANI 1-BAB 3.pdf
2009 TA PP MA SILVIA MARISSA INTANI 1-BAB 4.pdf
2009 TA PP MA SILVIA MARISSA INTANI 1-BAB 5.pdf
2009 TA PP MA SILVIA MARISSA INTANI 1-BAB 6.pdf
2009 TA PP MA SILVIA MARISSA INTANI 1-PUSTAKA.pdf
RTRW Kota Bandung 2013 menyatakan bahwa sektor pendidikan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut meliputi institute, universitas, politeknik, akademi, dan sekolah tinggi. Pendidikan tinggi sebagai salah satu kegiatan utama di Kota Bandung membutuhkan penyediaan fasilitas tempat tinggal bagi mahasiswanya. Dengan kondisi seperti ini pengembang apartemen melihat adanya celah untuk dikembangkan suatu penyediaan tempat tinggal dengan suasana baru bagi mahasiswa khususnya mahasiswa dari luar Kota Bandung yaitu apartemen. Penelitian Lubis (2006) menunjukkan bahwa permintaan pasar adalah faktor utama yang dipertimbangkan oleh pengembang dalam penentuan lokasi pembangunan apartemen di Kota Bandung. Permintan pasar ini hanya dilihat berdasarkan peningkatan jumlah mahasiswa dari luar Kota Bandung yang diperkirakan memerlukan tempat tinggal baru. Sedangkan kemampuan dan kesediaan membayar mahasiswa dari luar Kota Bandung sebagai calon penghuni potensialnya tidak diperhitungkan.Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan dan kesediaan membayar mahasiswa dari luar Kota Bandung untuk tinggal di apartemen di Kota Bandung. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui analisis deskriptif statistik. Untuk mengetahui karakteristik sosial, ekonomi, dan tempat tinggal mahasiswa saat ini, menggunakan kuesioner. Lalu untuk mengetahui tingkat kemampuan membayar mahasiswa, menggunakan stated preference. Untuk merumuskan variabel yang mempengaruhi kesediaan membayar mahasiswa, menggunakan metode regresi linier dan untuk mengetahui pengaruh karakteristik mahasiswa terhadap tingkat kemampuan dan kesediaan membayar apartemen.menggunakan deskriptif statistik.Hasil studi menunjukkan bahwa hanya 36,45% orangtua mahasiswa yang menjangkau ATP teoritis. Dari 36,45% orangtua mahasiswa tersebut, besarnya dana yang dapat dikeluarkan untuk apartemen adalah sebesar 24% dari pendapatannya atau sekitar Rp 3.102.818 dari Rp 12.928.408,33 jika dihitung dari rata-rata pendapatan orangtua mahasiswa. Sedangkan untuk kemampuan membayar (ATP) mahasiswa sebesar 32,62% dari pendapatan mahasiswa atau sekitar Rp. 525.222,08 dari Rp. 1.641.319, jika dihitung dari rata-rata pendapatan mahasiswa per bulan. Terdapat 6,25% orangtua mahasiswa yang mampu untuk menyewa apartemen dengan harga terendah Rp 7.500.000 per bulan (apartemen kelas atas satu kamar) dan terdapat 13,90% orangtua mahasiswa yang mampu untuk membeli (mencicil) apartemen dengan harga terendah Rp 325.000.000 atau Rp. 4.739.583 cicilan per bulannya (apartemen kelas menengah atas dengan satu kamar). Terdapat 10% mahasiswa yang bersedia membayar sesuai dengan harga jual apartemen dan terdapat 3,47% mahasiswa yang bersedia membayar sesuai dengan harga sewa apartemen. Selebihnya mahasiswa bersedia membayar Rp 172.714.286 atau cicilan per bulan sebesar Rp 2.518.750 untuk apartemen milik dan Rp 1.876.364 untuk apartemen sewa. Variabel yang secara signifikan mempengaruhi kesediaan membayar (menyewa) apartemen yaitu pendapatan orangtua dan pengeluaran per bulan mahasiswa. Sedangkan pada kesediaan membayar (membeli) apartemen variable yang secara signifikan emmpengaruhi yaitu pendapatan orangtua, pendapatan selain kepala keluarga, dan jarak yang secara signifikan mempengaruhi kesediaan membayar (membeli) apartemen.Sebagai kesimpulan dalam penyediaan apartemen yang ditujukan untuk mahasiswa dari luar Kota Bandung sebaiknya dilakukan pertimbangan ATP dan WTP agar apartemen yang dibangun dapat melayani permintaan pasar, tepat guna dan tepat sasaran Selain itu rekomendasi dari penelitian ini juga diharapkan pemerintah dapat menyediakan tempat tinggal yang sesuai dengan ATP dan WTP mahasiswa sehingga dapat membantu mewujudkan Bandung sebagai kota pendidikan.