2008 TS PP IMAM ANSHORI 1-COVER.pdf
2008 TS PP IMAM ANSHORI 1-BAB 1.pdf
2008 TS PP IMAM ANSHORI 1-BAB 2.pdf
2008 TS PP IMAM ANSHORI 1-BAB 3.pdf
2008 TS PP IMAM ANSHORI 1-BAB 4.pdf
2008 TS PP IMAM ANSHORI 1-BAB 5.pdf
2008 TS PP IMAM ANSHORI 1-BAB 6.pdf
2008 TS PP IMAM ANSHORI 1-PUSTAKA.pdf
Waduk Wonogiri merupakan salah satu waduk besar di P.Jawa yang dibangun pada tahun 1976 dan mulai berfungsi pada tahun 1982. Pembangunan waduk ini bertujuan multi guna yaitu untuk pengendalian banjir di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, penyedia air baku untuk irigasi seluas 24.000 Ha, penyedia air baku untuk air minum rumah tangga dan industri, serta untuk PLTA berkapasitas 12,4 MW. Waduk ini diharapkan mampu berfungsi efektif selama 100 tahun.Dalam perjalanan pemanfaatannya, waduk ini mengalami sedimentasi yang luar biasa. Kapasitas ruang tampung sedimen (dead storage) mengalami penyusutan sebesar 49% hanya dalam jangka waktu 23 tahun. Sedimentasi waduk seringkali memacetkan pengoperasian pintu penyaluran air untuk PLTA, dan mengakibatkan penurunan kapasitas pasokan air baku di musim kemarau.Agar waduk tetap berfungsi, akhir-akhir ini pemerintah secara periodik melakukan tindakan simptomatik dengan cara mengeruk sedimen yang terendap di sekitar bangunan penyaluran air (reservoir water intake). Selain itu, pemerintah pun telah berkali-kali melaksanakan program pengurangan erosi di DTA waduk antara lain berupa pembangunan bangunan penahan erosi, terasering, reboisasi dan penghijauan, dan rekayasa sosial-ekonomi. Sungguhpun demikian, program-program yang telah dilaksanakan ternyata belum mampu menekan laju erosi tanah sesuai harapan.Banyak pengamat yang mengatakan bahwa kegagalan program pengendalian erosi tanah di DTA Waduk Wonogiri terutama dikarenakan tidak adanya konsistensi dan keberlanjutan kegiatan. Berbagai faktor penyebabnya antara lain adalah kurangnya peran dan kemampuan ekonomi masyarakat tani setempat dalam mendukung pelaksanaan program konservasi tanah. Lemahnya peran petani dalam kegiatan konservasi tanah terutama disebabkan oleh rendahnya rasio pemenuhan kebutuhan hidup mereka, sehingga mereka lebih banyak yang memilih berbudidaya tanaman yang tidak banyak menguras dana dan tenaga tetapi bisa lebih cepat memetik hasil (tanaman umbi-umbian) daripada melakukan usaha tani yang berbasis konservasi tanah.Kegiatan budidaya pertanian di daerah tropis yang tidak mengindahkan bahaya erosi tanah akan cepat mengakibatkan pemiskinan unsur hara tanah, kemerosotan produktivitas lahan, kerawanan pangan, dan memperlemah rasio pemenuhan kebutuhan hidup petani setempat. Perilaku seperti ini akan menimbulkan efek eksternalitas berupa peningkatan aliran runoff, sedimentasi sungai dan waduk, kerawanan banjir dan kelangkaan air di musim kemarau.Berdasarkan teori tersebut di atas, banyak pengamat yang berpendapat bahwa keberlanjutan upaya pengendalian erosi di DTA Waduk Wonogiri mungkin dapat diwujudkan jika petani yang ada di sana ditingkatkan rasio pemenuhan kebutuhan hidupnya, antara lain melalui penerapan kebijakan pemberian dana insentif yang dihimpun dari para penerima manfaat jasa pengelolaan sumber daya air waduk Wonogiri. Kajian dalam tesis ini bertujuan mencari jawaban atas tiga pertanyaan, yaitu: (i) apakah yang akan terjadi apabila kondisi seperti sekarang akan dibiarkan berlanjut, (ii) faktor apa saja yang menyebabkan tidak terwujudnya konsistensi dan keberlanjutan kegiatan pengendalian erosi, (iii) cukup efektifkah kebijakan pemberian insentif kepada para pelaku konservasi dalam menekan sedimentasi waduk. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi pemandu dalam perumusan kebijakan mengurangi sedimentasi Waduk Wonogiri.Kajian ini dilakukan melalui pemodelan struktur pembentuk fenomena sedimentasi waduk berdasarkan metodologi analisis system dynamics yaitu suatu kerangka berfikir sistemik yang berusaha melihat berbagai aspek secaral holistik atas dasar kausatif. Fenomena yang dimodelkan memiliki sifat dinamis (berubah terhadap waktu), dan mengandung paling sedikit satu struktur umpan-balik (feedback structure). Model diperlukan untuk mempermudah pemahaman atau penalaran terhadap kerangka pikir yang melandasi penyusunan rancangan sebuah kebijakan.Model disimulasikan dalam tujuh macam skenario, yaitu: (i) skenario dasar (1),(ii) skenario kebijakan reboisasi lahan hutan (2), (iii) skenario konservasi lahan perladangan (3), (iv) skenario kebijakan insentif (4), (v) gabungan skenario 2 dan 3, (vi) gabungan skenario 2 dan 4, (vii) gabungan skenario 2, 3 dan 4.Hasil simulasi menunjukkan bahwa dalam kasus yang sedang dikaji tentang upaya-upaya untuk menekan sedimentasi di Waduk Wonogiri, skenario 3 dapat menimbulkan efek yang lebih tinggi daripada skenario 2 dan skenario 4. Kebijakan insentif dapat ditingkatkan efeknya apabila strategi implementasinya dirancang melalui penajaman sasaran penerima insentif sesuai dengan tingkat kekritisan lahan.