2008 TA PP DEDIE RENALDI 1-COVER.pdf
2008 TA PP DEDIE RENALDI 1-BAB 1.pdf
2008 TA PP DEDIE RENALDI 1-BAB 2.pdf
2008 TA PP DEDIE RENALDI 1-BAB 3.pdf
2008 TA PP DEDIE RENALDI 1-BAB 4.pdf
2008 TA PP DEDIE RENALDI 1-BAB 5.pdf
2008 TA PP DEDIE RENALDI 1-PUSTAKA.pdf
Fenomena multi pusat memiliki kaitan yang sangat erat dengan penentuan peletakan fasilitas pelayanan publik, baik fasilitas sosial maupun fasilitas umum, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Hal ini disebabkan pada dasarnya fasilitas telah memiliki hirarki, standar, dan jangkauan pelayanannya masing-masing, sehingga multi pusat juga berarti perubahan hirarki fasilitas. Kota Bandung kini sudah menetapkan dua pusat primer dan juga enam pusat sekunder yang berfungsi mengatur pergerakan penduduk melalui pembagian hirarki serta jangkauan pelayanan dari fasilitas pelayanan.Seiring dengan pertumbuhan Kota Bandung, semakin banyak pusat-pusat belanja yang tumbuh di lokasi-lokasi yang tidak sesuai dengan yang diarahkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan oleh nilai strategis lahan yang menjadi daya tarik bagi swasta untuk mendirikan tempat belanja. Penyedia layanan memiliki preferensinya masing-masing dalam mendirikan suatu fasilitas, demikian pula dengan masyarakat sebagai pengguna fasilitas pelayanan. Saat ini kondisi yang terjadi adalah pembangunan fasilitas pelayanan tidak terkoordinir sehingga tumbuh dalam pola linear. Wilayah Pengembangan Karees memiliki koridor-koridor utama dengan peran yang penting bagi pertumbuhan di Kota Bandung, namun koridor-koridor tersebut juga menimbulkan permasalahan. Pertumbuhan linear menyebabkan ketidakoptimalan fungsi dan peran dari Pusat Pelayanan Sekunder Turangga. Salah satuu koridor tersebut adalah Jalan Buahbatu.Tugas akhir ini mencoba untuk mengkaji karakteristik sediaan fasilitas pelayanan di Koridor Buah Batu. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi koridor tersebut sebagai unit pelayanan tingkat sekunder di Wilayah Pengembangan Karees melalui identifikasi persepsi masyarakat terhadap pertumbuhan Wilayah Pengembangan Karees, Identifikasi karakteristik fasilitas pelayanan di Jalan Buahbatu, dan mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap pertumbuhan di Jalan Buhabatu.Dari hasil analisis diketahui bahwa fasilitas pelayanan di Jalan Buahbatu saat ini mampu melayani konsumennya hingga seluruh Kota Bandung. Hal tersebut berarti bahwa fasilitas pelaynan di Jalan Buahbatu sudah melampaui perannya yang ditetapkan oleh RDTR Karees sebagai pusat pelayanan tersier yang hanya melayani lingkup kecamatan. Hal ini disebabkan tidak adanya peraturan yang menetapkan bahwa suatu fasilitas pelayanan diharuskan memiliki hirarki dan juga ditetapkan jangkauan pelayanannya. Mayoritas fasilitas pelayanan di Jalan Buahbatu tidak memiliki hirarki dan standar pelayanan sehingga fasilitas-fasilitas tersebut berusaha untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin, yang artinya semakin luas pula jangkauan pelayanannya. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Jalan Buahbatu berpotensi untuk menjadi pusat pelayanan sekunder di Wilayah Pengembangan Karees, dilihat dari kemampuannya untuk menjangkau pengguna fasilitas.