BAB 1 Aldo Galang Affandi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Aldo Galang Affandi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Aldo Galang Affandi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Aldo Galang Affandi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Aldo Galang Affandi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Aldo Galang Affandi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
dengan elektrifikasi menjadi pilar utamanya. Tren ini mendorong adopsi kendaraan
listrik secara masif sehingga meningkatkan permintaan baterai litium besi fosfat
(LFP). Di sisi lain, tembaga (Cu) sebagai logam penting dalam elektrifikasi
diproyeksikan mengalami peningkatan produksi hingga 38 juta ton pada 2030.
Peningkatan produksi Cu secara langsung berdampak pada peningkatan volume
limbah rafinat yang dihasilkan oleh jalur hidrometalurgi. Rafinat tembaga memiliki
konsentrasi besi (Fe) yang tinggi, bahkan hingga 32 g/L serta logam lain seperti
seng (Zn) dan aluminium (Al). Hal ini dapat menjadi tantangan dari segi lingkungan
sekaligus potensi apabila dapat dimanfaatkan untuk menjadikannya bahan baku
bernilai tambah seperti besi fosfat sebagai prekursor baterai LFP. Penelitian ini
mengkaji pemurnian Fe(III) dari rafinat tembaga melalui presipitasi, pelindian, dan
ekstraksi pelarut (solvent extraction, SX) menggunakan tributil fosfat (TBP).
Serangkaian percobaan presipitasi, pelindian, dan SX dilakukan untuk mempelajari
proses pemurnian Fe dari rafinat yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Dalam
percobaan presipitasi, pengaruh pH, temperatur, dan waktu penahanan terhadap
persen presipitasi Fe dan Al serta selektivitasnya dipelajari. Presipitasi dipelajari
pada variasi pH 2,25–4,00, variasi temperatur 30–90 oC, dan variasi waktu
penahanan 10–180 menit. Percobaan pelindian dalam asam klorida (HCl) dilakukan
pada temperatur 70 oC dan dipelajari pada variasi rasio padat-cair 150–300 g/L
serta konsentrasi HCl 5–8 M selama 120 menit. Percobaan SX tahap ekstraksi
dilakukan pada rasio organik/aqueous (O/A) 2, sementara tahap stripping pada
rasio O/A dan keduanya dilakukan pada temperatur 25 oC serta waktu pengadukan
10 menit. Karakterisasi pada larutan rafinat tembaga, filtrat proses presipitasi,
larutan digesti, presipitat, larutan hasil pelindian, rafinat proses SX, dan strip liquor
dengan menggunakan atomic absorption spectroscopy (AAS), inductively coupled
plasma–mass spectroscopy (ICP-MS), dan X-ray diffraction (XRD).
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan pH, temperatur,
dan waktu penahanan meningkatkan persen presipitasi Fe dan Al. Kondisi optimum
pada proses presipitasi diperoleh pada pH 2,5; temperatur 50 oC, dan waktu
penahanan 10 menit dengan presipitasi Fe dan Al berturut turut sebesar 90,36% dan
16,56%. Hasil percobaan pelindian menunjukkan peningkatan rasio padat–cair
menurunkan persen ekstraksi Fe dan Al, sedangkan peningkatan konsentrasi HCl
meningkatkan persen ekstraksi kedua logamnya. Kondisi optimum proses pelindian
diperoleh pada rasio padat–cair 300 g/L dan konsentrasi HCl 8 M. Proses SX
dengan TBP pada larutan kayanya dapat mengekstrak Fe secara selektif dan
menghasilkan strip liquor dengan komposisi Fe 15,3 g/L dan total konsentrasi
logam pengotor lain sekitar 0,5 g/L.
Perpustakaan Digital ITB