Ancaman siber yang semakin kompleks, khususnya serangan berbasis webshell,
menjadi tantangan dalam keamanan sistem informasi. Teknik konvensional berbasis
aturan seperti YARA sering kali gagal mendeteksi webshell yang disamarkan
(obfuscated), terutama ketika penyerang memanipulasi atau menyamarkan kode untuk
menghindari pendeteksian.
Berbagai pendekatan telah dikembangkan untuk mendeteksi, namun sebagian besar
masih bergantung pada pola statis atau signature tertentu. Pendekatan ini kurang
adaptif terhadap variasi obfuscation seperti base64 encoding. Selain itu, deteksi
berbasis signature umumnya sulit beradaptasi dengan teknik penyamaran baru yang
terus berkembang.
Penelitian ini mengusulkan sistem deteksi obfuscated webshell menggunakan Large
Language Model (LLM) seperti Google Gemma, Meta-LLama, dan DeepSeek. Dengan
menguji 459 sampel webshell dan 459 file benign, sistem menunjukan bahwa LLM
mampu mengidentifikasi webshell terobfuskasi dengan baik termasuk teknik obfuskasi
seperti variable function call, concatenation, dan dummy code injection. Namun,
akurasi identifikasi menurun saat menghadapi teknik encoding seperti base64,
sehingga dibutuhkan proses deobfuskasi terlebih dahulu sebelum dilakukan identifikasi
oleh LLM. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa LLM memiliki potensi sebagai
solusi deteksi cerdas dan fleksibel dibanding pendekatan konvensional, serta dapat
diintegrasikan dengan platform keamanan seperti Wazuh untuk menghadapi ancaman
siber yang dinamis.
Perpustakaan Digital ITB