kondisi cuaca dan iklim di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
wilayah yang paling optimal sebagai indikator perhitungan indeks monsun di
Indonesia dengan menggunakan angin zonal pada lapisan 850 hPa dan 200 hPa.
Indeks tersebut akan digunakan untuk memprediksi nilai indeks tersebut
menggunakan metode Long Short Term Memory (LSTM), sebuah algoritma deep
learning yang cocok untuk pemodelan deret waktu. Metode ini dipilih karena
memiliki kemampuan dalam menangkap pola jangka panjang yang cocok untuk
memprediksi nilai indeks monsun di masa yang akan datang dengan data univariat.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat dua wilayah optimasi untuk perhitungan
Indonesian Monsoon Index (IMI). Indeks I ada pada domain 95°BT–115°BT dan
4°LS–6°LU, serta indeks II pada domain 110.75°BT–130.75°BT dan 11°LS–1°LS.
Berdasarkan domain tersebut, diperoleh nilai IMI yang dihitung dari selisih antara
indeks I dan Indeks II. Nilai IMI tersebut selanjutnya diprediksi menggunakan
model LSTM. Hasil eksplorasi menunjukkan bahwa model terbaik mampu
melakukan prediksi hingga 12 bulan ke depan dengan akurasi tinggi, ditunjukkan
oleh nilai Root Mean Square Error (RMSE) sebesar 2.655 m/s, Mean Absolute
Error (MAE) sebesar 2.161 m/s, dan R Square Value (R²) sebesar 0.898. Penelitian
ini menunjukkan bahwa pendekatan LSTM efektif dalam memodelkan dan
memprediksi indeks monsun di Indonesia secara jangka panjang.
Namun, analisis pada tahun 2024 menunjukkan bahwa korelasi antara IMI dan
anomali curah hujan hanya sebesar -0.13646 dengan p-value 0.672238,
menandakan hubungan yang sangat lemah dan tidak signifikan secara statistik. Hal
ini mengindikasikan bahwa curah hujan bulanan kemungkinan besar pada tahun
2024 dipengaruhi oleh faktor atmosfer lain seperti Madden-Julian Oscillation
(MJO) atau Indian Ocean Dipole (IOD). Selain itu, penggunaan data ERA5 juga
dapat menjadi penyebab rendahnya korelasi tersebut, mengingat adanya
ketidakpastian dan bias dalam data reanalisis yang memengaruhi akurasi
perhitungan indeks.
Perpustakaan Digital ITB