Lapangan Luna merupakan salah satu lapangan migas yang terletak di Cekungan
Sumatra Selatan dan telah berproduksi sejak tahun 1986. Reservoir utama berada
pada Formasi Talangakar (TAF), yang terdiri atas empat lapisan produktif. Hingga
tahun 2024, oil in place (OOIP) mencapai 176,88 MMBO dengan cadangan tersisa
sebesar 4,33 MMBO, sementara produksi kumulatif baru mencapai 32,5 MMBO,
menghasilkan recovery factor (RF) yang relatif rendah, yaitu sekitar 18%.
Kompleksitas geologi, terutama pada Lapisan C, ditandai oleh pola tumpukan
batupasir (stacking sand) yang saling mengerosi serta sebaran fasies yang beragam,
turut memperbesar heterogenitas dan menurunkan konektivitas antarreservoir.
Tantangan ini semakin diperbesar oleh karakteristik fluida berupa minyak berat
dengan API berkisar antara 17–22°, yang memengaruhi efisiensi produksi.
Penelitian ini menggunakan data dari 119 sumur talikawat, satu data batuan inti,
satu data Formation MicroImager (FMI), dan satu laporan biostratigrafi. Analisis
dilakukan melalui pendekatan integratif dengan fokus pada identifikasi dan
karakterisasi fasies serta asosiasi fasies pada interval Lapisan C. Pemodelan
distribusi fasies dibangun dengan pendekatan peta ketebalan berdasarkan asosiasi
fasies yang telah diinterpretasi, mencakup fasies distributary channel dan mouth
bar.
Hasil studi menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan di Lapangan Luna
berkembang dalam sistem deltaik. Zona barat daya didominasi oleh fasies mouth
bar yang merepresentasikan lingkungan pengendapan delta front. Area tengah
menunjukkan dominasi fasies distributary channel yang berkembang pada
lingkungan delta plain, sementara bagian tenggara didominasi oleh fasies proximal
distributary channel. Sebaran fasies ini secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas dan heterogenitas reservoir, serta menjadi dasar penting dalam penentuan
zona prospektif untuk pengembangan lanjutan lapangan.
Perpustakaan Digital ITB