Lapangan Musi, berproduksi sejak tahun 1983 tanpa adanya gas H2S terkonfirmasi
jak
tahun 2022 dengan rata-rata gas H2S sebesar 4 ppmv (part permilion volume).
melalui pendekatan analisis isotop karbon, petrografi, XRD (x-ray diffraction),
SEM (scanning electron microscope)- EDS (energy dispersive x-ray), dan
mikrobiologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thermochemical sulfate
reduction
terjadi pada kondisi suhu suboptimal (75 83,34°C pada kedalaman 802 940
mTVDSS (meter true vertical depth subsea), didukung oleh tekanan awal tinggi
(1. .2H2O) sebagai sumber sulfat.
Data isotop karbon s , (di tiap
seribu) hingga +7,
-0, -1,
kontribusi hidrokarbon termogenik. Analisis mineralogi (XRD dan petrografi)
memperkuat temuan ini dengan identifikasi gipsum hingga 14% dan dominasi kalsit
(70 100% sebagai produk sekunder TSR. Analisis mikrobiologi menunjukkan
bahwa populasi bacterial sulfate reduction (SRB) mencapai 3.705 6.519 sel.
- sulfat dalam
air formasi (130 ppm) juga relatif rendah untuk aktivitas BSR.
Faktor tekanan dan suhu memainkan peran kritis dalam dinamika pembentukan
.400 psi menjadi 300 psi menyebabkan pergeseran
dominasi dari TSR ke BSR. Peramalan produksi yang dilakukan melalui
pendekatan gipsum terlarut, diperoleh di bulan Januari 2036 diketahui bahwa hasil
peramalan konsentrasi H2S rata-rata pada waktu tersebut adalah 6,25 ppm untuk
Lapangan Musi Timur dan 12,14 ppm untuk Lapangan Musi Barat.
Perpustakaan Digital ITB