Proses pembentukan bintang merupakan kunci untuk memahami evolusi galaksi di sepanjang
waktu kosmik. Galaksi pembentuk bintang umumnya memiliki laju pembentukan
bintang yang sebanding dengan massa bintangnya. Galaksi ini membentuk suatu
deret di diagram massa bintang terhadap laju pembentukan bintang (star formation
rate, SFR) yang disebut dengan deret utama galaksi pembentuk bintang (star-forming
main sequence, SFMS). Parameter pada SFMS tersebut berevolusi terhadap redshift.
Evolusi SFMS ini dapat berhubungan dengan teori pembentukan dan pertumbuhan
galaksi. Fitur spasial galaksi pembentuk bintang yang lebih detail dibutuhkan sebagai
informasi mengenai aktivitas pembentukan bintang. Penelitian tesis ini bertujuan
untuk mempelajari sampel galaksi pembentuk bintang pada skala spatially resolved
menggunakan data dari James Webb Space Telescope dan Hubble Space Telescope.
Analisis dilakukan terhadap sampel galaksi pembentuk bintang pada 2 ? z < 8 yang
diperoleh dari empat field pengamatan: PRIMER-UDS, FRESCO-GOOD-S, CEERS,
dan COSMOS-Web. Citra galaksi diproses menggunakan piXedfit untuk mengekstrak
spectral energy distribution (SED) setiap pixel. Kemudian properti fisisnya ditentukan
dengan melakukan spatially resolved SED fitting menggunakan Dense Basis.
Hasil yang diperoleh menunjukkan pada skala spatially resolved, galaksi dengan redshift
tinggi cenderung memiliki SFR yang lebih tinggi, konsisten dengan evolusi normalisasi
SFMS. Selain itu, galaksi pada redshift tinggi memiliki aktivitas pembentukan
bintang yang terkonsentrasi di bagian dalam, sedangkan pada redshift rendah lebih
terkonsentrasi di bagian luar. Hal ini sesuai dengan teori inside-out growth. Ditemukan
juga pada 4.5 ? z < 5.3, galaksi-galaksi memiliki efisiensi pembentukan bintang yang
serupa, sehingga dapat membuat parameter kemiringan SFMS menjadi rendah.
Perpustakaan Digital ITB