digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Proses pembentukan bintang merupakan kunci untuk memahami evolusi galaksi di sepanjang waktu kosmik. Galaksi pembentuk bintang umumnya memiliki laju pembentukan bintang yang sebanding dengan massa bintangnya. Galaksi ini membentuk suatu deret di diagram massa bintang terhadap laju pembentukan bintang (star formation rate, SFR) yang disebut dengan deret utama galaksi pembentuk bintang (star-forming main sequence, SFMS). Parameter pada SFMS tersebut berevolusi terhadap redshift. Evolusi SFMS ini dapat berhubungan dengan teori pembentukan dan pertumbuhan galaksi. Fitur spasial galaksi pembentuk bintang yang lebih detail dibutuhkan sebagai informasi mengenai aktivitas pembentukan bintang. Penelitian tesis ini bertujuan untuk mempelajari sampel galaksi pembentuk bintang pada skala spatially resolved menggunakan data dari James Webb Space Telescope dan Hubble Space Telescope. Analisis dilakukan terhadap sampel galaksi pembentuk bintang pada 2 ? z < 8 yang diperoleh dari empat field pengamatan: PRIMER-UDS, FRESCO-GOOD-S, CEERS, dan COSMOS-Web. Citra galaksi diproses menggunakan piXedfit untuk mengekstrak spectral energy distribution (SED) setiap pixel. Kemudian properti fisisnya ditentukan dengan melakukan spatially resolved SED fitting menggunakan Dense Basis. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada skala spatially resolved, galaksi dengan redshift tinggi cenderung memiliki SFR yang lebih tinggi, konsisten dengan evolusi normalisasi SFMS. Selain itu, galaksi pada redshift tinggi memiliki aktivitas pembentukan bintang yang terkonsentrasi di bagian dalam, sedangkan pada redshift rendah lebih terkonsentrasi di bagian luar. Hal ini sesuai dengan teori inside-out growth. Ditemukan juga pada 4.5 ? z < 5.3, galaksi-galaksi memiliki efisiensi pembentukan bintang yang serupa, sehingga dapat membuat parameter kemiringan SFMS menjadi rendah.