digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Priangan (sebutan untuk Bandung) ketika masih di bawah pemerintahan Hindia Belanda, telah dikenal masyarakat Eropa selain penghasil komoditi perkebunan juga terkenal karena keindahan alamya. Perkembangan kota Bandung sebagai tempat persinggahan kaum bangsawan Eropa menyebabkan pemerintah saat itu memperbaiki dan mulai menata Bandung dan wilayah sekitarnya. Untuk kemudahannya, pemerintah mendirikan fasilitas-fasilitas untuk pemerintahan hingga pelayanan publik terutama bagi tamu-tamu yang berkunjung ke wilayah Priangan. Khususnya tamu-tamu asing, baik yang datang dari kota lain di Jawa atau yang mengkhusukan datang langsung dari Eropa. Seringya kunjungan tersebut menyebabkan Bandung berpotensi menjadi pusat masyarakat Eropa awal abad 20 di Hindia Belanda. Dan sejak saat itu mulai berdiri bangunan-bangunan publik dan komersial. Bentuk-bentuk bangunan yang dibuat adalah yang sedang populer pada awal abad itu. Bertepatan dengan perkembangan desain yang melanda dunia, lewat tangan-tangan perancang, mulai dikenal bangunan dengan modem dengan langgam Art deco seperti yang sedang digemari di daratan Eropa dan Amerika. Bangunan dengan langgam Art Deco merupakan bagian penciptaan produk-produk di beberapa negara, seperti Inggris, Prancis dan Amerika, bahkan Belanda sendiri. Bangunan dengan langgam Art Deco sendiri dapat dikenali dari bagian facadenya. Sesuai dengan sebutannya, dekoratif, beberapa bangunan di Bandung pada saat itu secara periodik mulai beradaptasi dengan mode bangunan ini. Meskipun jauh dari sumber perkembangnnya, Art Deco di Bandung tetap memiliki kesamaan dan semangat universal seperti semangat Art Deco di tempat asalnya. Perbedaan geografis dan keberadaan nilai-nilai ketimuran inilah yang membuat Art Deco di Bandung khususnya dan di Indonesia umumnya menjadi unik. Art Deco yang masuk ke Indonesia khususnya di Bandung sebagian telah beradaptasi dengan lingkungan sekelilingya.