digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nelson Sigit
PUBLIC Alice Diniarti

Ibukota Indonesia, DKI Jakarta menduduki posisi teratas sebagai kota terpadat di negara ini. Maka dari itu dibangunlah sarana transportasi MRT yang merupakan proyek nasional yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia bekerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta dalam upaya menekan angka kemacetan yang ada di Jakarta. Namun ada sebuah masalah eksisting di Jakarta yang dapat menghambat, bahkan merusak dan merugikan proyek tersebut yaitu banjir. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan banjir di Catchment area Stasiun MRT yang akan dibangun antara lain diterapkannya Sistem Penampungan Air Hujan (SPAH) yang terdiri dari Rainwater Harvesting dan Sumur Resapan dimana air hujan yang jatuh ke atap rumah dapat ditampung dan kemudian dimanfaatkan. SPAH direncanakan memiliki tampungan sebesar 2 m3 per rumah, dengan kapasitas tampungan air 0.5 m3 dan kapasitas sumur resapan 1.5 m3. Dari penerapan SPAH ini, tinggi muka air banjir yang pada kondisi eksisting berada di el. +2.81 m (Sawah Besar) dan +2.84 m (Harmoni) turun menjadi el. +2.59 m (Sawah Besar) dan +2.62 m (Harmoni). Kemudian upaya kedua yang dapat dilakukan yaitu menaikkan elevasi pintu masuk stasiun MRT yang disesuaikan dengan tinggi muka air banjir yang terjadi di masing-masing stasiun. Untuk Stasiun Sawah Besar direncanakan memiliki ketinggian pintu masuk stasiun di el. + 3.19 m dan pada Stasiun Harmoni berada di el. +4.19 m. Selain itu juga direncanakan pemasangan Passive Flood Barrier sebagai mitigasi banjir di tiap pintu masuk stasiun dengan ketinggian 90 cm. Besarnya biaya yang diperlukan untuk merealisasikan upaya-upaya di atas adalah sebesar Rp464,408,113,957.