Kemampuan mengingat dan menginterpretasi yang dimiliki oleh manusia
merupakan hal-hal yang membedakannya dengan makhluk hidup lain. Namun,
pada hakekatnya, manusia seharusnya menyadari bahwa hidupnya berdampingan
dengan alam sekitar sebagai salah satu makhluk di dalam semesta. Manusia
cenderung menciptakan bahasa, simbol, dan representasi yang diyakini secara
kolektif untuk memahami setiap aspek makhluk hidup dan yang tidak sempat
terjawab olehnya. Simbol-simbol kolektif tertanam pada alam bawah sadar setiap
manusia, yang disebut Arketipe oleh psikiater Carl Gustav Jung. Di sisi lain,
manusia berupaya memahami hakekat hidupnya melalui mempelajari hubungannya
dengan alam. Carl G. Jung menyebutnya dengan Proses Individuasi. Karya ini
merupakan penggambaran dari simbol dan metafora tertentu mengenai kehidupan
secara keseluruhan: masa lalu, kini dan masa nanti, dan bagaimana ketiga aspek
tersebut berpengaruh satu sama lain dan menciptakan sebuah siklus kehidupan.
Dengan menggunakan medium keramik patung, penulis mengajak audiens untuk
memasuki alam pikiran yang direpresentasikan melalui sebuah ruangan dengan
lemari-lemari penyimpananan, selayaknya memamerkan sebuah Lemari
Keingintahuan, atas memori dan simbol yang mengindahkan simbol-simbol
surealis yang hadir pada alam semesta, sebagai upaya mengingat hubungan manusia
dan alam, sebagaimana manusia berupaya mencari keutuhan dalam dirinya melalui
proses individuasi.