digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Merrie Setyaning Rahayu
PUBLIC Dewi Supryati

COVER Merrie Setyaning Rahayu
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 1 Merrie Setyaning Rahayu
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 2 Merrie Setyaning Rahayu
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 3 Merrie Setyaning Rahayu
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 4 Merrie Setyaning Rahayu
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 5 Merrie Setyaning Rahayu
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 6 Merrie Setyaning Rahayu
PUBLIC Dewi Supryati

PUSTAKA Merrie Setyaning Rahayu
PUBLIC Dewi Supryati

Beban psikososial dan gangguan muskulokeletal (MSD) di tempat kerja tidak dapat dihindari oleh pekerja. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa beban psikososial dapat menjadi penyebab gangguan MSD. Pada kondisi pandemi covid-19, adanya penerapan peraturan pembatasan sosial berskala besar mengharuskan perusahaan menerapkan bekerja dirumah (WFH). Namun, beberapa perusahaan yang tidak memungkinkan untuk WFH, menerapkan bekerja di kantor (WFO). Perbedaan lingkungan kerja antara WFO dan WFH mengakibatkan beban psikososial yang dirasakan berbeda terhadap kecenderungan adanya gangguan MSD. Saat ini, belum banyak diketahui mengenai kondisi psikososial yang memiliki kecenderungan adanya gangguan MSD yang dirasakan oleh pekerja WFH. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beban kerja dari sisi psikososial yang berdampak pada adanya kecenderungan gangguan MSD pada pekerja WFO dan pekerja WFH, serta adanya keterkaitan antara beban psikososial dengan gangguan MSD saat pandemi covid-19. Sebanyak 142 pekerja WFO dan 98 pekerja WFH yang terdiri dari 99 pekerja laki-laki dan 141 pekerja perempuan berpartisipasi sebagai responden penelitian. Pekerja yang datang ke kantor sebanyak satu atau dua kali digolongkan sebagai kelompok WFH. Penelitian dilakukan dengan metode survey. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai psikososial di tempat kerja dan prevalensi gangguan MSD. Model Regresi Logistik digunakan untuk mengestimasi hubungan antara beban psikososial kerja dan gangguan MSD. Hasil penelitian ini menunjukkan pada pekerja WFO, faktor psikososial jam kerja seminggu (>48 jam), psychological job demands, physical job demands dan job stress terkait dengan gangguan MSD. Pada pekerja WFH, faktor psikososial job stress terkait dengan gangguan MSD. Temuan lainnya yaitu physical job demands dapat mengurangi gangguan MSD pada leher pada pekerja WFO. Dapat disimpulkan bahwa pekerja WFO lebih banyak terpapar oleh faktor psikososial kerja yang memiliki kecenderungan adanya gangguan MSD. Secara keseluruhan, faktor psikososial job stress dirasakan oleh kedua kelompok responden. Faktor psikososial dalam penelitian ini memiliki kaitan dengan gangguan MSD.