digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Deri Saputra
PUBLIC Irwan Sofiyan

Jakarta sebagai ibukota Indonesia merupakan salah satu daerah pesisir dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi. Banjir di Jakarta terjadi hampir setiap tahun karena sistem pengendalian banjir yang tidak memadai, sistem drainase yang buruk, dan sampah yang menyumbat drainase. Selain pertumbuhan populasi dan penggunaan lahan, perubahan karakteristik curah hujan juga mempengaruhi aliran sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran terkait parameter yang berpengaruh terhadap kejadian banjir di Jakarta khususnya selama 5 tahun terakhir dan mendapatkan peta bahaya banjir yang dapat digunakan untuk acuan dalam pembuatan peta risiko banjir sebagai upaya mitigasi bencana. Kejadian banjir dianalisis berdasarkan informasi yang didapatkan sejak 2014 hingga 2020. Berdasarkan data sekunder, dapat disimpulkan bahwa beberapa mitigasi struktural banjir belum dapat secara signifikan mengurangi risiko banjir dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan sistem peringatan dini banjir dapat secara signifikan berkontribusi pada upaya mengurangi risiko banjir. Penelitian ini mengkaji karakteristik banjir di Sungai Ciliwung ruas M.T Haryono hingga Pintu Air Manggarai. Pada penelitian ini dilakukan simulasi HEC-RAS 1D/2D terhadap banjir yang terjadi pada tahun 2007, 2015, 2020 dan banjir kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa hubungan antara curah hujan harian dengan debit maksimum kejadian banjir memiliki nilai korelasi (R) sebesar 0,567, sehingga dapat diartikan bahwa nilai korelasi tersebut signifikan dan terdapat korelasi antara curah hujan dan debit. Melihat catatan banjir yang pernah terjadi, pada waktu yang sama terdapat adanya nilai debit yang besar namun nilai hujan yang terjadi kecil dan begitu juga sebaliknya. Kemungkinan yang terjadi di antaranya adanya hujan lokal yang tidak terdeteksi dan debit banjir yang tidak terjadi pada saat waktu pencatatan atau bisa jadi akibat adanya sampah yang ada pada aliran Sungai Ciliwung. Pada kejadian banjir di Jakarta awal tahun 2020, hujan yang terjadi di hulu DAS menaikkan muka air di Manggarai hingga pada + 7 m dan bila disertai dengan hujan lokal di Jakarta, maka dapat menaikkan muka air + 9 m. Jika melihat waktu perjalanan banjir dari hulu, maka air dari Bendung Katulampa diperkirakan sampai di Depok sekitar 3-4 jam dan perjalanan air dari Depok menuju Manggarai berkisar 10-13 jam tergantung dari kondisi muka air di hilir. Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, penambahan kapasitas Pintu Air Manggarai tidak terlalu berpengaruh terhadap banjir yang terjadi tanpa adanya penambahan kapasitas Sungai Ciliwung. Berdasarkan analisis peta bahaya banjir dapat terlihat bahwa banjir masih akan terus terjadi pada wilayah Kampung Melayu, Manggarai, dan Kebon Manggis. Untuk periode ulang 100 tahun genangan meluas sampai ke Bidara Cina, Kebon Baru, dan Bukit Duri, tetapi masih dalam kriteria bahaya sedang. Normalisasi merupakan salah satu bentuk pengendalian banjir di Jakarta dan sejak tahun 2015-2017 telah dilakukan kegiatan normalisasi Sungai Ciliwung namun terhenti di tahun 2017. Berdasarkan kajian terhadap Q2007, maka muka air banjir Sungai Ciliwung yang telah dinormalisasi dapat turun sekitar 0,87 - 3 m dibandingkan dengan sebelum normalisasi. Apabila normalisasi kembali dilanjutkan maka muka air banjir dapat turun sebesar 0,1 – 1,23 m. Dari hasil simulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa curah hujan dengan besar kurang dari 45 mm tidak menyebabkan banjir di daerah kajian dan apabila melihat kondisi eksisting di tahun 2020, maka perlu dilakukan penyelesaian kegiatan normalisasi. Tujuan normalisasi tersebut agar banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Ciliwung dapat diminimalisir. Selain normalisasi, perlu juga dibuat tanggul setinggi 1,6 m khusunya pada wilayah Kampung Melayu hingga Manggarai karena dengan kondisi daerah yang lebih rendah daripada sungai membuat air dapat melimpas ke pemukiman.