ABSTRAK Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira DAFTAR Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira 2020 TS PP SITTI KURNIA APRILIANI_LAMPIRAN.pdf
]
PUBLIC Yoninur Almira
Dilihat dari perspektif ekologi, kota dibangun dari kondisi biofisik, mosaik
penggunaan lahan, serta keberadaan manusia yang mempengaruhi dinamika
diantaranya. Peningkatan intensitas penggunaan lahan kota oleh manusia, dapat
mempengaruhi lanskap biofisik, kualitas lingkungan, serta keberadaan biodiversitas
kota. Guna menyeimbangkan pembangunan fisik dan struktur alami kota,
pembangunan berkelanjutan kembali disuarakan. Salah satu pendekatan secara
sosio-ekologis adalah dengan konsep biocultural diversity (BCD). Konsep BCD
diperkenalkan sebagai upaya melakukan konservasi keanekaragaman hayati
melalui studi terhadap interaksi hubungan timbal balik antara alam dan manusia
dalam infrastruktur hijau (IH) kota. Pengembangan IH dengan konsep BCD
merupakan studi refleksif dan alternatif lanjutan dari beberapa studi sebelumnya
terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Infrastruktur Hijau (IH) yang dinilai
cenderung mendefinisikan manusia dan alam secara terpisah. Sedangkan interaksi
manusia dan alam merupakan kesatuan yang dinamis dimana beradaptasi dengan
perkembangan kota secara bersamaan. Pengembangan IH dengan konsep BCD
dapat: Mendukung konektivitas ekologi dan aksesibilitas dengan daerah hijau bagi
masyarakat; memungkinkan penggunaan rekreasi pada daerah hijau; meningkatkan
nilai ruang dan jalur hijau secara kualitatif dengan penerapan multifungsi jalur dan
area hijau; serta dapat memberikan identitas lokal pada penataan infrastruktur hijau
kota dalam wujud nilai alam, adat, dan budaya yang berada di dalamnya, sehingga
kebijakan terhadap pengembangan IH di suatu daerah dapat disesuaikan dengan
karakteristik sosio-ekologis masyarakat setempat .
Kota Bukittinggi memiliki potensi alam dan budaya yang mendukung proses kajian
BCD dalam pengembangan IH perkotaan, sehingga penelitian ini dilakukan untuk
mengkaji potensi pengembangan IH dengan pendekatan konsep BCD di Kota
Bukittinggi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksplanatori deskriptif dan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pembahasan dimulai dari
identifikasi RTH aktual sesuai peraturan daerah yang kemudian diperluas dengan
mengidentifikasi IH potensial sebagai bentuk manifestasi keragaman biofisik ruang
dan jalur. Selanjutnya, diidentifikasi manifestasi BCD dalam bentuk potensi
keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya beserta mekanisme praktik
dan kebijakan terhadap BCD pada ruang dan jalur hijau. Terakhir, informasi
dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui potensi pengembangan Infrastrukturii
Hijau Kota Bukittinggi berdasarkan pendekatan konsep BCD. Penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) Manifestasi biofisik BCD dengan perluasan konsep RTH
menjadi konsep IH memberikan potensi ragam jenis ruang dan jalur hijau yang
dilihat secara kuantitatif maupun kualitatif; (2) Terdapat potensi keanekaragaman
hayati dan keanekaragaman budaya pada setiap komponen dari IH yang
menunjukkan adanya interaksi timbal balik antara alam dan budaya; (3) Praktik
pengelolaan lingkungan di Kota Bukittinggi diawali dengan adanya peranan adat
Minangkabau yang memberikan panduan norma dasar untuk hidup selaras dengan
alam yang kemudian berkembang dan beradaptasi sesuai transformasi kota. Hingga
saat ini secara general, praktik pengelolaan ini sudah diselaraskan dalam dokumen
rencana daerah meskipun tidak ada penjelasan secara spesifik yang berkaitan
langsung dengan istilah BCD; sehingga berdasarkan potensi-potensi di atas dapat
dilihat bahwa (4) pengembangan IH di Kota Bukittinggi dapat dikembangkan
melalui pendekatan BCD, berupa: kegiatan konservasi elemen lingkungan
perkotaan, peningkatan IH dengan menyediakan banyak fungsi, pengembangkan
ekonomi dan ekowisata berkelanjutan, perencanaan dan pengembangan IH antar
disiplin secara kolaboratif, peningkatan inklusivitas sosial menuju ruang dan jalur
hijau, dan lain sebagainya.