digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira

DAFTAR Sitti Kurnia Apriliani
PUBLIC Yoninur Almira


Dilihat dari perspektif ekologi, kota dibangun dari kondisi biofisik, mosaik penggunaan lahan, serta keberadaan manusia yang mempengaruhi dinamika diantaranya. Peningkatan intensitas penggunaan lahan kota oleh manusia, dapat mempengaruhi lanskap biofisik, kualitas lingkungan, serta keberadaan biodiversitas kota. Guna menyeimbangkan pembangunan fisik dan struktur alami kota, pembangunan berkelanjutan kembali disuarakan. Salah satu pendekatan secara sosio-ekologis adalah dengan konsep biocultural diversity (BCD). Konsep BCD diperkenalkan sebagai upaya melakukan konservasi keanekaragaman hayati melalui studi terhadap interaksi hubungan timbal balik antara alam dan manusia dalam infrastruktur hijau (IH) kota. Pengembangan IH dengan konsep BCD merupakan studi refleksif dan alternatif lanjutan dari beberapa studi sebelumnya terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Infrastruktur Hijau (IH) yang dinilai cenderung mendefinisikan manusia dan alam secara terpisah. Sedangkan interaksi manusia dan alam merupakan kesatuan yang dinamis dimana beradaptasi dengan perkembangan kota secara bersamaan. Pengembangan IH dengan konsep BCD dapat: Mendukung konektivitas ekologi dan aksesibilitas dengan daerah hijau bagi masyarakat; memungkinkan penggunaan rekreasi pada daerah hijau; meningkatkan nilai ruang dan jalur hijau secara kualitatif dengan penerapan multifungsi jalur dan area hijau; serta dapat memberikan identitas lokal pada penataan infrastruktur hijau kota dalam wujud nilai alam, adat, dan budaya yang berada di dalamnya, sehingga kebijakan terhadap pengembangan IH di suatu daerah dapat disesuaikan dengan karakteristik sosio-ekologis masyarakat setempat . Kota Bukittinggi memiliki potensi alam dan budaya yang mendukung proses kajian BCD dalam pengembangan IH perkotaan, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengkaji potensi pengembangan IH dengan pendekatan konsep BCD di Kota Bukittinggi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksplanatori deskriptif dan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pembahasan dimulai dari identifikasi RTH aktual sesuai peraturan daerah yang kemudian diperluas dengan mengidentifikasi IH potensial sebagai bentuk manifestasi keragaman biofisik ruang dan jalur. Selanjutnya, diidentifikasi manifestasi BCD dalam bentuk potensi keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya beserta mekanisme praktik dan kebijakan terhadap BCD pada ruang dan jalur hijau. Terakhir, informasi dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui potensi pengembangan Infrastrukturii Hijau Kota Bukittinggi berdasarkan pendekatan konsep BCD. Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Manifestasi biofisik BCD dengan perluasan konsep RTH menjadi konsep IH memberikan potensi ragam jenis ruang dan jalur hijau yang dilihat secara kuantitatif maupun kualitatif; (2) Terdapat potensi keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya pada setiap komponen dari IH yang menunjukkan adanya interaksi timbal balik antara alam dan budaya; (3) Praktik pengelolaan lingkungan di Kota Bukittinggi diawali dengan adanya peranan adat Minangkabau yang memberikan panduan norma dasar untuk hidup selaras dengan alam yang kemudian berkembang dan beradaptasi sesuai transformasi kota. Hingga saat ini secara general, praktik pengelolaan ini sudah diselaraskan dalam dokumen rencana daerah meskipun tidak ada penjelasan secara spesifik yang berkaitan langsung dengan istilah BCD; sehingga berdasarkan potensi-potensi di atas dapat dilihat bahwa (4) pengembangan IH di Kota Bukittinggi dapat dikembangkan melalui pendekatan BCD, berupa: kegiatan konservasi elemen lingkungan perkotaan, peningkatan IH dengan menyediakan banyak fungsi, pengembangkan ekonomi dan ekowisata berkelanjutan, perencanaan dan pengembangan IH antar disiplin secara kolaboratif, peningkatan inklusivitas sosial menuju ruang dan jalur hijau, dan lain sebagainya.