digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Irna Jelita Estri Satiti
Terbatas  Ratnasari
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Irna Jelita Estri Satiti
Terbatas  Ratnasari
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Irna Jelita Estri Satiti
Terbatas  Ratnasari
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Irna Jelita Estri Satiti
Terbatas  Ratnasari
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Irna Jelita Estri Satiti
Terbatas  Ratnasari
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Irna Jelita Estri Satiti
Terbatas  Ratnasari
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Irna Jelita Estri Satiti
Terbatas  Ratnasari
» Gedung UPT Perpustakaan

Kualitas suatu radioterapi dapat dinilai dari keberhasilannya dalam memaksimalkan distribusi dosis pada target tumor dengan meminimalkan distribusi dosis pada organ at risk (OAR), serta jaringan normal yang berada di sekitarnya. Treatment planning dalam radioterapi sangat diperlukan dalam menentukan distribusi dosis yang akurat pada pasien sehingga tujuan radioterapi dapat terpenuhi. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan hasil treatment planning teknik 3D – CRT dan IMRT untuk 3 kasus kanker payudara kiri post mastectomy. Treatment planning dilakukan menggunakan berkas foton energi 6 MV pada software TPS XiO. Hasil treatment planning dievaluasi menggunakan kurva isodosis dan DVH. Parameter fisis seperti V95%, HI, dan CI yang diperoleh dari DVH digunakan untuk mengevaluasi distribusi dosis pada PTV. Sementara distribusi dosis pada OAR dievaluasi menggunakan acuan standar QUANTEC, V20 untuk paru – paru kiri dan paru – paru kanan, V30 untuk jantung, dan dosis maksimum 50 Gy untuk spinal cord. Dari kurva isodosis kita dapat memperoleh informasi terkait luas area jaringan normal yang terpapar radiasi sebesar 20% dari dosis preskripsi. Selain mengevaluasi distribusi dosis, waktu yang dibutuhkan untuk membuat treatment planning dan total MU dalam satu kali fraksinasi juga akan dinilai untuk mengetahui tingkat efisiensinya. Berdasarkan data yang diperoleh, treatment planning teknik 3D – CRT menghasilkan nilai distribusi dosis yang lebih baik untuk kasus dengan kompleksitas rendah. Sementara kasus dengan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi, treatment planning dengan teknik IMRT memberikan hasil yang lebih baik. Semakin banyak jumlah lapangan penyinaran yang digunakan, luas area jaringan normal yang terpapar dosis sebesar 20% dosis preskripsi cenderung semakin meningkat. Tingkat efisiensi treatment planning yang lebih baik yaitu dengan waktu pembuatan treatment planning yang lebih singkat dan jumlah MU yang lebih sedikit diperoleh dengan menggunakan teknik 3D – CRT.