digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Haekal Fauzan
PUBLIC sarnya

BAB 1 Haekal Fauzan
PUBLIC sarnya

BAB 2 Haekal Fauzan
PUBLIC sarnya

BAB 3 Haekal Fauzan
PUBLIC sarnya

BAB 4 Haekal Fauzan
PUBLIC sarnya

BAB 5 Haekal Fauzan
PUBLIC sarnya

DAFTAR Haekal Fauzan
PUBLIC sarnya


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi di bidang pariwisata. Kekayaan sumber daya alam ini tersebar hampir diseluruh pulau yang termasuk ke dalam wilayah kedaulatan Indonesia yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri dan juga sebagai kekuatan bagi bangsa Indonesia. Kekuatan tersebut tidak terlepas oleh para penduduk yang tersebar di berbagai pulau yang ada di Indonesia. Perkembangan pariwisata tersebut tentunya akan mempengaruhi kehidupan manusia secara mendasar dalam berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, lingkungan, fisik, dan manusianya itu sendiri. Salah satu pulau yang memiliki potensi pariwisata di Indonesia adalah Kepulauan Seribu yang terletak di sebelah Utara Kota Jakarta. Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang mempunyai karakteristik terpisah dengan mainland yaitu DKI Jakarta dan memiliki potensi besar dalam pengembangannya seperti pertambangan, perikanan, serta yang paling utama ialah sektor pariwisata.. Kepulauan Seribu memiliki lebih kurang 128 pulau-pulau kecil, dan memiliki luas lebih kurang 888,41 Ha yang terbagi menjadi 2 Kecamatan yaitu, Kepulauan Seribu Selatan dan Kepulauan Seribu Utara, 6 Kelurahan (Tidung, Pari, Untung Jawa, Panggang, Kelapa, dan Harapan), dan 11 Pulau Huni (Payung, Tidung, Lancang, Pari, Untung Jawa, Panggang, Pramuka, Kelapa, Kelapa Dua, Harapan, Sebira). penentuan zonasi di Kepulauan Seribu terdiri dari zona inti, zona perlindungan, zona pariwisata, dan zona permukiman. Pulau-pulau kecil di Kepulauan seribu terbagi atas zona wilayah yang memiliki fungsi berbeda-beda berdasarkan SK Dirjen PHKA No : SK. 05/IV-KK/2004). Adapun lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah 3 Pulau Kecil yakni Pulau Pari, Pulau Tidung, dan Pulau Pramuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran keberlanjutan penghidupan masyarakat di Pulau Pari, Pulau Tidung, dan Pulau Pramuka sebagai dampak perubahan fungsi kawasan konservasi laut menjadi pengembangan pariwisata dalam perspektif sustainable livelihood framework. iii Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan tambahan data kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian adalah dengan teknik purposive sampling untuk membagi lokasi penelitian menjadi 3 (tiga) wilayah, yaitu wilayah Pulau Pramuka, Pulau Pari, dan Pulau Tidung berdasarkan pertimbangan fungsi yakni pusat pemerintahan, wilayah permukiman, dan destinasi wisata. Pulau Pramuka merupakan pusat pemerintahan Kepulauan Seribu, Pulau Pari termasuk wilayah permukiman, dan Pulau Tidung merupakan wilayah destinasi wisata. Menggunakan pendekatan grounded theory untuk membentuk suatu kerangka teoritis dalam mengurai aset penghidupan di Pulau Pari, Pulau Tidung, dan Pulau Pramuka. Selain itu digunakan teknik analisis penghidupan berkelanjutan untuk mengukur penghidupan dari 5 aset yakni, aset fisik, aset ekonomi, aset manusia, aset sosial, serta aset sumberdaya alam. Adapun Penentuan indikator pada 5 aset penghidupan tidak mencakup setiap aset secara keseluruhan oleh karena itu dipilihlah 1 indikator dari setiap aset. Lahan fisik di dalam aset fisik, pendapatan di dalam aset ekonomi, tenaga kerja di dalam aset manusia, ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun di dalam aset sumberdaya alam, serta infrastruktur di dalam aset sosial. Hasil metode pendekatan grounded theory bahwa fenomena inti yang didapat adalah respon reaktif masyarakat dengan ketidaksesuaian pemanfaatan fungsi dari 3 pulau sehingga memberikan dampak buruk terhadap kualitas lingkungan. Hasil analisis menunjukan adanya perbedaan ukuran keberlanjutan penghidupan dari 3 Pulau yang memiliki fungsi berbeda-beda tersebut. Adapun ukuran penghidupan dari 5 aset di Pulau Pari sebesar 63%, Pulau Tidung 60 %, dan Pulau Pramuka 42%. Pulau Pari dengan persentase 63% artinya memiliki penghidupan berkelanjutan, Pulau Tidung dengan persentase 60% artinya memiliki penghidupan yang cukup berkelanjutan, Pulau Pramuka dengan persentase 42% artinya memiliki penghidupan yang kurang berkelanjutan.