ABSTRAK Vanji Ikhsan Azis
PUBLIC yana mulyana COVER Vanji Ikhsan Azis
PUBLIC yana mulyana BAB 1 Vanji Ikhsan Azis
PUBLIC yana mulyana BAB 2 Vanji Ikhsan Azis
PUBLIC yana mulyana BAB 3 Vanji Ikhsan Azis
PUBLIC yana mulyana BAB 4 Vanji Ikhsan Azis
PUBLIC yana mulyana BAB 5 Vanji Ikhsan Azis
PUBLIC yana mulyana BAB 6 Vanji Ikhsan Azis
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA Vanji Ikhsan Azis
PUBLIC yana mulyana
Penggunaan obat-obatan herbal di Indonesia diperkirakan akan terus berkembang
dengan pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 5% dan diperkirakan akan
mencapai Rp 13,2 T pada tahun 2022. Hal ini menyebabkan penggunaan bahan baku
herbal banyak digunakan. Walaupun demikian, Indonesia masih memiliki
ketergantungan yang tinggi pada bahan baku impor. Kondisi ini berdampak pada
potensi pertumbuhan pasar obat-obatan herbal di Indonesia. Agar bisa lepas dari
ketergantungan bahan baku impor, maka industri farmasi harus mulai menyediakan
bahan baku yang berasal dari bahan alam dan dibutuhkan kajian studi kelayakan untuk
mengembangkan bisnis bahan baku herbal yang merupakan tujuan dari penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan dengan metode riset pasar kombinasi dengan melakukan Indepth Interview terhadap pelanggan dan regulator, riset investigasi, riset data sekunder,
dan analisis bisnis selama bulan Februari-April 2019. Berdasarkan analisis volume
penggunaan bahan baku herbal, terdapat Oleum Cocos dan Zingiberis Rhizoma
memiliki volume dan nilai tertinggi dengan masing-masing nilai CAGR 4,5% dan
18,7%. Tetapi, pertumbuhan pasar Oleum Cocos cenderung kecil dengan CAGR 4,5%
(5 tahun). Terdapat ekspektasi pelanggan yang belum terpenuhi dari segi kapasitas dan
ketersediaan yang ditunjukkan dalam analisis pelanggan. Berdasarkan riset investigasi
data produsen, ekstrak jahe (Zingiberis Rhizoma), kunyit (Curcuma longa), dan
temulawak merupakan ekstrak dengan permintaan terbanyak oleh konsumen. Dari indepth interview, diketahui Kemenkes telah menentukan target bahan baku obat
tradisional yang harus dikembangkan hingga tahun 2025 dan BPOM belum membuat
regulasi terkait kesulitan industri dalam mendapatkan simplisia dalam jumlah besar dan
kualitas seragam. Analisis keuangan dan investasi perusahaan menunjukkan NPV
positif, IRR diatas WACC, dan balik modal jauh lebih cepat daripada umur ekonomi.
Disimpulkan bahwa bisnis bahan baku herbal dinyatakan layak untuk dijalankan
dengan proritas pengembangan pada 35 pareto bahan baku herbal dan target bahan
baku obat tradisional oleh Kemenkes serta disarankan untuk menambah kapasitas
produksi bagi perusahaan.