digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada perencanaan pembangunan jalan ketersediaan bahan agregat, harga dan kualitas yang memenuhi persyaratan menjadi bahan pertimbangan. Hal ini disebabkan dalam campuran beraspal 75-85% terhadap volume totalnya merupakan agregat. Pada umumnya agregat yang digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah agregat standar, namun tidak semua daerah memilikinya. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan rekayasa teknis dalam pemanfaatan bahan sehingga bahan lokal yang substandar dapat dioptimalisasikan penggunaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sifat agregat substandar Pineleng, Sulawesi Utara serta penanganannya dengan Cement-Coated Agregate (CCA) pada campuran laston AC-WC dalam batas spesifikasi Bina Marga (2010-revisi 2). Penelitian agregat Pineleng diawali dengan melakukan pengujian sifat fisik agregat, untuk mengetahui kekurangan dari agregat dan memastikan agregat memiliki sifat sumber yang memenuhi spesifikasi Jenis penanganan dengan penyelimutan agregat kasar dengan semen (Cement-Coated Agregate, CCA) didasarkan pada hasil pemeriksaan unsur kimia agregat. Dengan metode CCA agregat silika diubah muatannya dari negatif menjadi positif, disamping itu penyelimutan agregat dengan semen dapat meningkatkan kekasaran permukaan agregat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya lekat dengan aspal konvensional. Pada penelitian ini agregat substandar Pineleng dilakukan penanganan penyelimutan agregat kasar dengan semen sebanyak 2% dan 3%. Sebagai pembanding kinerja dari campuran laston AC-WC yang dibuat dengan agregat asli Pineleng, CCA 2% dan 3%, dilakukan juga pengujian laboratorium terhadap agregat standar yang diwakili oleh agregat Kerawang. Hasil pengujian sifat fisik agregat Pineleng, menunjukkan bahwa agregat Pineleng memiliki daya lekat terhadap aspal pen.60/70 yang kurang dari 95% dan berat jenis kurang dari 2,5 sehingga dikatakan sebagai agregat substandar. Berdasarkan pemeriksaan unsur kimia agregat Pineleng menunjukkan 68,78% merupakan unsur Silika. Dengan menggunakan metode Marshall untuk setiap jenis campuran AC-WC yang dibuat dengan agregat Kerawang, agregat Pineleng, CCA 2% dan CCA 3% masing-masing diperoleh Kadar Aspal Optimum sebesar 5,60%; 6,18%; 6,26% dan 6,32%. Campuran laston AC-WC yang dibuat dengan CCA Pineleng 2% dan 3% menghasilkan stabilitas marshall (810 kg dan 839 kg) dan durabilitas (IKS (Indeks Kekuatan Sisa)=90% dan 91%; RKT (Rasio Kekuatan Tarik)=86% dan 87%) yang lebih kecil dibandingkan dengan campuran agregat standar Kerawang (stabilitas marshall=1061 kg; IKS= 93%; RKT= 95%), namun nilainya lebih baik dibandingkan dengan campuran agregat substandar Pineleng tanpa penanganan (stabilitas marshall=672kg; IKS=87%; RKT=75%), bahkan penyelimutan dengan 2% semen sudah dapat memenuhi persyaratan spesifikasi.