digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada beberapa tahun ini, keberadaan lembaga dana pensiun terus berkembang bagi pegawai dan perusahaan dalam mendesain rencana pensiun/dana pensiun. Hal ini mampu membuat dana pensiun menjadi salah satu sumber dana yang kuat di pasar saham dan obligasi di Indonesia. Lebih lanjut, sumber dana yang kuat membuat lembaga dana pensiun bebas dalam melakukan diversifikasi asset yang sesuai dengan tujuan dari sebuah lembaga dana pensiun Namun, sejak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan No.1/PJK.05/2016 yang mengatur tentang investasi Surat Utang Negara bagi lembaga dana pensiun DPPK dan DPLK, sebagian besar lembaga dana pensiun kesulitan dalam memenuhi porsi minimum 30% investasi di Surat Utang Negara. Terlebih, beberapa dana pensiun berargumen bahwa obligasi pemerintah tidak cukup liquid dan tidak memenuhi ekspektasi pengembalian. Selain itu, perubahan suku bunga juga menimbulkan kesulitan dalam pemenuhan beban oleh total aset yang dimiliki oleh dana pensiun dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu, terdapat metode yang bisa diaplikasikan oleh lembaga dana pensiun untuk mencegah resiko suku bunga terkadi dan mempengaruhi sensitivitas harga dengan cara menyamakan durasi aset dan beban, yaitu bond immunization. Hasil dari analisis data dapat menunjukkan bagaimana metode ini dapat mencegah defisit dari berbagai skenario perubahan suku bunga di Indonesia. Namun, setelah diaplikasikannya metode ini terhadap perubahan suku bunga, peraturan minimum investasi 30% di obligasi pemerintahan membuat metode ini tidak efektif dari seharusnya. Di beberapa perubahan suku bunga, total aset mengalami defisit dari total beban.