Azimat sebagai lokalitas dan warns lokal seni tradisi merupakan karya yang
termarjinalkan oleh arus informasi yang menyeret perubahan-perubahan pola berfikir
masyarakatnya. Azimat berwafak ini mencmpakan ciri lokal khas Cirebon sekaligus
juga memiliki citra spiritualitas seni Islam yang kuat pula. Kaligrafi, geometrik dan
pengulangan yang menjadi ciri khas seni Islam nampak pada azimat berwafak ini.
Tapi bila kita analisa ternyata kekhasan seni Islam pada azimat berwafak ini tidak
sepenuhnya meniru dari kekhasan seni Islam.
Ini terbukti adanya simbol binatang realistik, tokoh pewayangan senjata, bahkan
menciptakan simbl-simbol abstrak yang unik. Ini membuktikan apapun yang datang
dari luar ke Indonesia akan selalu mengalami proses alkulturasi.
Alkulturasi itu akan menimbulkan suatu bentuk seni budaya yang berakarkan pada ciri-ciri
kebudayaan asing dan kebudayaan sendiri atau disebut hibridisasi.
Penelitian ini merupakan penelitian pertama (original) yang mengkaji dan menganalisa
azimat berwafak dari segi bahasa rupa. Pads penelitian ini akan diteliti berbagai hal
yang berkenaan dengan identitas (local genius) baik bentuk, filosofi, simbol maupun
konsep estetik azimat.
Azimat berwafak ini memiliki ungkapan rupa berupa simbol-simbol mulai dari bentuk,
warns, material dan huruf-huruf magis. Ungkapan rupa azimat ini tentu merupakan
special case ofmeaning dimana hanya orang-orang tertentu saja yang mengerti.
Dalam hal ini peneliti ingin mengungkap lebih dalam tentang hal-hal tersebut diatas,
sebab peneliti meyakini bahwa manifestasi tradisi azimat berwafak ini tidak semata
estetik belaka namun menitipkan ungkapan simbolis, filosofis, kosmologi serta nilai-nilai
luhur yang erat kaitannya dengan konsep atau slam fikiran pembuatnya dan
masyarakat pendukungnya.
Masyarakat Cirebon yang membuat, memakai azimat kebanyakan masih memegang
tradisi leluhurnya, dunia idenya kuat lekat dengan konsep religi, oleh sebab itu pads
azimat berwafak ini tercermin dan memancarkan budaya mitis kuat.
Kendala subject matter penelitian ini karena bagi sebagian masyarakat Cirebon
terutama pemakai azimat maupun pembuat azimat masih menganggap azimat berwafak
ini bends suci, regalia yang di hormati dalam statusnya tabu untuk dijamah sembarang
orang.