digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Data menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan terjadi di dunia industri Indonesia cukup mengkhawatirkan, terlebih pada sektor manufaktur. Biaya yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar, meliputi: biaya medis dan biaya kompensasi, penundaan produksi, biaya pelatihan untuk pekerja pengganti, melemahnya moril pekerja yang mengakibatkan turunnya kualitas kehidupan kerja yang dirasakan, serta memburuknya citra perusahaan. Selain mengupayakan hal yang bersifat teknis, perlu juga dipertimbangkan untuk mengenali peran integral manusia dan faktor-faktor organisasi dalam analisa kecelakaan. Hal tersebut merupakan domain dari konsep budaya keselamatan (safety culture).Penelitian mengenai budaya keselamatan di berbagai macam area industri telah banyak dilakukan sebelumnya. Hasil yang diperoleh juga beragam. Namun penelitian yang berhubungan dengan pemetaan dan penilaian mengenai budaya keselamatan organisasi (perusahaan) pada sektor manufaktur di Indonesia, masih terbatas. Pada penelitian ini dikembangkan metode pengukuran yang valid dan reliabel untuk menilai dan memetakan budaya keselamatan industri manufaktur Indonesia. Alat ukur tersebut berupa kuesioner yang terdiri atas tujuh faktor yang menilai usaha perusahaan untuk membentuk budaya keselamatan yang positif, yaitu komitmen organisasi, keterlibatan manajemen, pemberdayaan pekerja, komunikasi, lingkungan kerja, training, reward/insentif.Dengan menggunakan alat ukur tersebut, dilakukan penilaian (skala 1-5) terhadap perusahaan dari enam cabang industri manufaktur Indonesia (Industri Makanan; Industri Tekstil; Industri Barang dari Kulit&Alas Kaki, Industri Kayu, Industri Kimia dan Farmasi; dan Industri Produksi Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi), dengan hasil sebagai berikut : 2.37 untuk faktor komitmen organisasi, 3.14 untuk faktor keterlibatan manajemen, 3.13 untuk faktor pemberdayaan pekerja, 3.08 untuk faktor komunikasi, 3.05 untuk faktor lingkungan kerja, 3.08 untuk faktor training, dan 3.02 untuk faktor reward/insentif. Terdapat perbedaan tiap faktor antara budaya keselamatan Industri Makanan, Kimia&Farmasi, Industri Produksi Kendaraan Bermotor dan alat transportasi dengan Industri Tekstil, Industri barang dari kulit & alas kaki, Industri kayu. Selain itu, diperoleh pula adanya korelasi antara data faktor-faktor budaya keselamatan dengan data hasil audit Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).