digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perencanaan tata ruang wilayah berkelanjutan di tingkat kabupaten/kota merupakan elemen kunci dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Namun, konsep daya dukung dan berkelanjutan belum sepenuhnya diintegrasikan dalam perencanaan tata ruang di Indonesia, terutama pada tingkat kabupaten/kota dikarenakan keterbatasan dalam sistem dan metode implementasinya. Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode lokasi-alokasi penutup/penggunaan lahan pada tingkat kabupaten/kota sebagai prosedur dalam menentukan lokasi alternatif penutup/penggunaan lahan untuk rekomendasi pola ruang. Metode penelitian ini meliputi alokasi penutup/penggunaan lahan, penilaian kesesuaian lahan dengan ECOC-SVM, penentuan lokasi penutup/penggunaan lahan berdasarkan aspek kedekatan spasial, dan evaluasi serta penyusunan rekomendasi pola ruang berdasarkan analisis menggunakan non-weighted overlay relevance matrix. Penelitian ini berkontribusi dalam pembangunan prosedur identifikasi lokasi alternatif penutup/penggunaan lahan berbasis indikator kuantitatif daya dukung untuk perencanaan tata ruang berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jejak ekologis, probabilitas kesesuaian lahan, dan kedekatan spasial dapat menghasilkan lokasi alternatif penutup/penggunaan lahan yang optimal serta berkurangnya defisit lahan untuk Pertanian Lahan Kering sebesar 84.08% dan 100% untuk penutup/penggunaan lahan lain meskipun terjadi kenaikan fragmentasi. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa rekomendasi pola ruang dapat diperoleh melalui hasil evaluasi relevansi antara lokasi alternatif penutup/penggunaan lahan dan pola ruang dengan analisis menggunakan non-weighted overlay relevance matrix. Sebesar 27% wilayah Kabupaten Bogor direkomendasikan untuk dilakukan perubahan fungsi kawasan, 68% direkomendasikan untuk mempertahankan fungsi, dan 5% direkomendasikan untuk diubah berdasarkan catatan. Performa model kesesuaian lahan masih dapat ditingkatkan dengan penambahan parameter fisik, kebencanaan, maupun sosioekonomi. Selain itu, perhitungan kebutuhan lahan dengan pendekatan jejak ekologis dapat direpresentasikan dalam bentuk kawasan pola ruang untuk meningkatkan efisiensi dalam tahap prosedur penyusunan rekomendasi pola ruang.