Perencanaan tata ruang wilayah berkelanjutan di tingkat kabupaten/kota merupakan
elemen kunci dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di seluruh
wilayah Indonesia. Namun, konsep daya dukung dan berkelanjutan belum
sepenuhnya diintegrasikan dalam perencanaan tata ruang di Indonesia, terutama
pada tingkat kabupaten/kota dikarenakan keterbatasan dalam sistem dan metode
implementasinya. Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode lokasi-alokasi
penutup/penggunaan lahan pada tingkat kabupaten/kota sebagai prosedur dalam
menentukan lokasi alternatif penutup/penggunaan lahan untuk rekomendasi pola
ruang. Metode penelitian ini meliputi alokasi penutup/penggunaan lahan, penilaian
kesesuaian lahan dengan ECOC-SVM, penentuan lokasi penutup/penggunaan
lahan berdasarkan aspek kedekatan spasial, dan evaluasi serta penyusunan
rekomendasi pola ruang berdasarkan analisis menggunakan non-weighted overlay
relevance matrix. Penelitian ini berkontribusi dalam pembangunan prosedur
identifikasi lokasi alternatif penutup/penggunaan lahan berbasis indikator
kuantitatif daya dukung untuk perencanaan tata ruang berkelanjutan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jejak ekologis, probabilitas kesesuaian
lahan, dan kedekatan spasial dapat menghasilkan lokasi alternatif
penutup/penggunaan lahan yang optimal serta berkurangnya defisit lahan untuk
Pertanian Lahan Kering sebesar 84.08% dan 100% untuk penutup/penggunaan
lahan lain meskipun terjadi kenaikan fragmentasi. Selain itu, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa rekomendasi pola ruang dapat diperoleh melalui hasil evaluasi
relevansi antara lokasi alternatif penutup/penggunaan lahan dan pola ruang dengan
analisis menggunakan non-weighted overlay relevance matrix. Sebesar 27%
wilayah Kabupaten Bogor direkomendasikan untuk dilakukan perubahan fungsi
kawasan, 68% direkomendasikan untuk mempertahankan fungsi, dan 5%
direkomendasikan untuk diubah berdasarkan catatan. Performa model kesesuaian
lahan masih dapat ditingkatkan dengan penambahan parameter fisik, kebencanaan,
maupun sosioekonomi. Selain itu, perhitungan kebutuhan lahan dengan pendekatan
jejak ekologis dapat direpresentasikan dalam bentuk kawasan pola ruang untuk
meningkatkan efisiensi dalam tahap prosedur penyusunan rekomendasi pola ruang.