Deformasi pascagempa (postseismic deformation) Lombok 2018 diinvestigasi
menggunakan data Global Navigation Satellite System (GNSS). Data GNSS yang
digunakan merekam pola deformasi beberapa hari setelah rangkaian gempa
Lombok 2018. Dua mekanisme fisis deformasi pascagempa, yaitu afterslip dan
viscoelastic relaxation, dianalisis pada penelitian ini. Viscoelastic relaxation
dihitung menggunakan model viskoelastik Maxwell untuk model bumi berlapis.
Model bumi berlapis yang digunakan merupakan model bumi kombinasi antara
model kecepatan lokal hingga kedalaman 310 km dengan model kecepatan global
AK135 untuk kedalaman yang lebih dalam. Distribusi afterslip di bidang sesar
dimodelkan menggunakan inversi data geodetik berbasiskan Akaike's Bayesian
Information Criterion (ABIC) untuk perhitungan slip. Dalam proses perhitungan
afterslip, digunakan bidang sesar berukuran 100 km × 37 km, dengan bidang sesar
bagian barat berukuran 30 × 37 km, bagian tengah berukuran 40 × 37 km, dan
bagian timur berukuran 30 × 37 km. Pada setiap bidang sesar di bagi menjadi sub
sesar yang berukuran 10 × 7,4 km. Bidang sesar di bagian barat memiliki strike 79°,
sedangkan bidang sesar di bagian tengah dan timur memiliki strike 90° dan 101°.
Pada perhitungan slip yang dilakukan, digunakan rake 93° untuk setiap sub sesar.
Model reologi optimum terdiri dari lapisan elastis dengan ketebalan 35 km dan
lapisan astenosfer dengan viskositas 2.0 × 1017 Pa s. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa penerapan model kecepatan lokal menghasilkan lapisan elastis
yang lebih tipis dan viskositas astenosfer yang lebih rendah, konsisten dengan
kondisi tektonik di wilayah penelitian yang berada di zona back-arc.