digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tanah yang memiliki konsentrasi logam Aluminium (Al) yang tinggi secara alami tersebar di Indonesia, salah satunya terdapat pada lahan gambut. Lahan dengan kondisi asam (pH rendah) dapat terjadi karena adanya pencemaran udara akibat aktivitas industri. Deposisi hujan asam dapat menyebabkan terjadinya leachate Aluminium di dalam tanah. Pencemaran Aluminium dapat merusak lahan pertanian, menghambat pertumbuhan, dan mengganggu aktivitas seluler tanaman. Jamur Trichoderma sp. sering diaplikasikan di lahan pertanian untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman, sehingga diperkirakan dapat mengatasi efek negatif dari Aluminium. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum (L.)) yang merupakan salah satu komoditas hortikultura dengan tingkat kebutuhan yang tinggi di Indonesia dan memiliki daya tahan tinggi terhadap stress lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas pemberian Trichoderma sp. dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman cabai dalam cekaman Al yang melibatkan analisis respon ekofisiologis. Tanaman ditumbuhkan dalam media tanam berisi sekam bakar, pasir malang, dan cocopeat (1:1:1). Rancangan percobaan yang dilakukan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan faktor pertama variasi Trichoderma sp. dan faktor kedua variasi Al. Trichoderma sp. diberikan dalam empat konsentrasi yaitu, T0 (0 g), T1 (10 g) T2 (15 g) dan T3 (30 g), sementara itu Al diberikan dalam bentuk AlCl3 pada empat konsentrasi, yaitu A0 (0 ppm), A1 (100 ppm), A2 (200 ppm) dan A3 (300 ppm). Dilakukan pengamatan kolonisasi Trichoderma sp. pada jaringan akar tanaman. Parameter yang diamati meliputi parameter pertumbuhan vegetatif dan generatif yang mencakup tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang akar, berat basah dan berat kering tanaman, berat kering akar, berat kering taruk, shoot:root ratio, kandungan air, jumlah bunga, jumlah buah, dan berat buah cabai. Kondisi ekofisiologis tanaman yang diukur melalui parameter kadar klorofil, aktivitas enzim katalase (CAT) dan askorbat peroksidase (APX), kadar kapsaisin, karotenoid, dan vitamin C buah cabai. Hasil pengamatan memperlihatkan adanya kolonisasi Trichoderma sp. yang ditunjukkan dengan keberadaan konidia dan hifa jamur di dalam ruang antar sel akar tanaman cabai. Pemberian Trichoderma sp. 15 g pada tanaman cabai dengan cekaman Al 200 ppm dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah bunga mencapai 20,20 ± 1,87 cm dan 18,60 ± 1,82 dibandingkan dengan kontrol (15,14 ± 2,75 cm dan 11,80 ± 0,84). Pemberian Trichoderma sp. 15 g dan 300 ppm Al mampu meningkatkan panjang akar (44,60 ± 7,32 cm) dan berat kering tanaman (8,29 ± 1,32 g) dibandingkan kontrol (36,30 ± 4,99 cm) dan (5,27 ± 0,46 g). Berat basah tanaman meningkat hingga 44,59 ± 2,22 dibandingkan kontrol 35,90 ± 0,77 dengan pemberian 30 g Trichoderma sp. dan cekaman Al 100 ppm. Pemberian Trichoderma 30 g tanpa cekaman Al, dapat signifikan meningkatkan jumlah cabang (25,4 ± 4,51), berat buah (34,49 ± 3,84 g), dan kadar klorofil total (3,85 ± 0,10 mg/g). Namun, terjadi penurunan berat kering akar (1,39 ± 0,34 g) dan kandungan air tanaman (17,88 ± 3,92 g) pada tanaman cabai dengan cekaman Al 300 ppm tanpa pemberian Trichoderma sp. Tanaman cabai menunjukkan peningkatan respon ekofisiologis pada kadar kapsaisin (7,29 ± 0,75 mg/g) dan aktivitas enzim CAT (27,95 ± 1,31 unit/mg) dengan pemberian Trichoderma sp. 15 g dan cekaman Al 300 ppm. Pemberian Trichoderma sp. 10 g dan cekaman Al 300 ppm meningkatkan aktivitas enzim APX hingga 0,111 ± 0,007 unit/mg. Selain itu juga terjadi peningkatan peningkatan kadar karotenoid (40,93 ± 1,63 mg/Kg pada pemberian Trichoderma sp. 10 g dan cekaman Al 100 ppm. Dapat disimpulkan bahwa Trichoderma sp. 15 g dan 30 g terbukti dapat membantu meningkatkan pertumbuhan, produktivitas dan respon ekofisiologis tanaman cabai yang tumbuh pada lingkungan yang memiliki kandungan Al cukup tinggi .