Tanah yang memiliki konsentrasi logam Aluminium (Al) yang tinggi secara alami
tersebar di Indonesia, salah satunya terdapat pada lahan gambut. Lahan dengan kondisi
asam (pH rendah) dapat terjadi karena adanya pencemaran udara akibat aktivitas
industri. Deposisi hujan asam dapat menyebabkan terjadinya leachate Aluminium di
dalam tanah. Pencemaran Aluminium dapat merusak lahan pertanian, menghambat
pertumbuhan, dan mengganggu aktivitas seluler tanaman. Jamur Trichoderma sp.
sering diaplikasikan di lahan pertanian untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman, sehingga diperkirakan dapat mengatasi efek negatif dari
Aluminium. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum (L.)) yang merupakan salah
satu komoditas hortikultura dengan tingkat kebutuhan yang tinggi di Indonesia dan
memiliki daya tahan tinggi terhadap stress lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis efektivitas pemberian Trichoderma sp. dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produktivitas tanaman cabai dalam cekaman Al yang melibatkan
analisis respon ekofisiologis. Tanaman ditumbuhkan dalam media tanam berisi sekam
bakar, pasir malang, dan cocopeat (1:1:1). Rancangan percobaan yang dilakukan
berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan faktor pertama variasi
Trichoderma sp. dan faktor kedua variasi Al. Trichoderma sp. diberikan dalam empat
konsentrasi yaitu, T0 (0 g), T1 (10 g) T2 (15 g) dan T3 (30 g), sementara itu Al
diberikan dalam bentuk AlCl3 pada empat konsentrasi, yaitu A0 (0 ppm), A1 (100
ppm), A2 (200 ppm) dan A3 (300 ppm). Dilakukan pengamatan kolonisasi
Trichoderma sp. pada jaringan akar tanaman. Parameter yang diamati meliputi
parameter pertumbuhan vegetatif dan generatif yang mencakup tinggi tanaman,
jumlah cabang, panjang akar, berat basah dan berat kering tanaman, berat kering akar,
berat kering taruk, shoot:root ratio, kandungan air, jumlah bunga, jumlah buah, dan
berat buah cabai. Kondisi ekofisiologis tanaman yang diukur melalui parameter kadar
klorofil, aktivitas enzim katalase (CAT) dan askorbat peroksidase (APX), kadar
kapsaisin, karotenoid, dan vitamin C buah cabai. Hasil pengamatan memperlihatkan
adanya kolonisasi Trichoderma sp. yang ditunjukkan dengan keberadaan konidia dan
hifa jamur di dalam ruang antar sel akar tanaman cabai. Pemberian Trichoderma sp.
15 g pada tanaman cabai dengan cekaman Al 200 ppm dapat meningkatkan tinggi
tanaman dan jumlah bunga mencapai 20,20 ± 1,87 cm dan 18,60 ± 1,82 dibandingkan
dengan kontrol (15,14 ± 2,75 cm dan 11,80 ± 0,84). Pemberian Trichoderma sp. 15 g
dan 300 ppm Al mampu meningkatkan panjang akar (44,60 ± 7,32 cm) dan berat
kering tanaman (8,29 ± 1,32 g) dibandingkan kontrol (36,30 ± 4,99 cm) dan (5,27 ±
0,46 g). Berat basah tanaman meningkat hingga 44,59 ± 2,22 dibandingkan kontrol
35,90 ± 0,77 dengan pemberian 30 g Trichoderma sp. dan cekaman Al 100 ppm.
Pemberian Trichoderma 30 g tanpa cekaman Al, dapat signifikan meningkatkan
jumlah cabang (25,4 ± 4,51), berat buah (34,49 ± 3,84 g), dan kadar klorofil total (3,85
± 0,10 mg/g). Namun, terjadi penurunan berat kering akar (1,39 ± 0,34 g) dan
kandungan air tanaman (17,88 ± 3,92 g) pada tanaman cabai dengan cekaman Al 300
ppm tanpa pemberian Trichoderma sp. Tanaman cabai menunjukkan peningkatan
respon ekofisiologis pada kadar kapsaisin (7,29 ± 0,75 mg/g) dan aktivitas enzim CAT
(27,95 ± 1,31 unit/mg) dengan pemberian Trichoderma sp. 15 g dan cekaman Al 300
ppm. Pemberian Trichoderma sp. 10 g dan cekaman Al 300 ppm meningkatkan
aktivitas enzim APX hingga 0,111 ± 0,007 unit/mg. Selain itu juga terjadi peningkatan
peningkatan kadar karotenoid (40,93 ± 1,63 mg/Kg pada pemberian Trichoderma sp.
10 g dan cekaman Al 100 ppm. Dapat disimpulkan bahwa Trichoderma sp. 15 g dan
30 g terbukti dapat membantu meningkatkan pertumbuhan, produktivitas dan respon
ekofisiologis tanaman cabai yang tumbuh pada lingkungan yang memiliki kandungan
Al cukup tinggi .