digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Cherolyn Ajipratiwi Putri
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Limbah dari penggunaan pewarna sintetik seperti Remazol Turquoise Blue G-133 (RTB G-133) dapat mencemari lingkungan jika tidak diolah. Salah satu jamur dari kelompok White-Rot Fungi, Marasmiellus palmivorus, mampu mengolah limbah limbah pewarna melalui mekaninsme biodegradasi dan biosorpsi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan potensi kemampuan biosorpsi jamur M. palmivorus terinaktivasi dalam menyerap limbah pewarna, khususnya pewarna reaktif RTB G-133. Inaktivasi panas dilakukan menggunakan autoklaf, sementara inaktivasi fungisida dilakukan dengan perlakuan heksakonazol. Uji biosorpsi dilakukan dengan perendaman 3 gram basah jamur M. palmivorus yang sudah diinaktivasi ke dalam 135 mL larutan pewarna dengan variasi konsentrasi awal 50, 100, 150, 200, dan 250 mg/L. Pengukuran absorbansi dilakukan setiap 4 jam dalam rentang waktu 48 jam dengan spektrofotometer UV-Vis. Analisis persentase dekolorisasi, kinetika sorpsi, dan isoterm sorpsi dilakukan pada seluruh pengujian. Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan, nilai kapasitas biosorpsi tertinggi yang dicapai oleh M. palmivorus terukur pada perlakuan inaktivasi panas yaitu 44,934 mg/g pada varian konsentrasi awal 200 mg/L, dan perlakuan inaktivasi fungisida mencapai 33,669 mg/g pada varian konsentrasi awal yang sama. Peningkatan konsentrasi awal pewarna hingga 250 mg/L menghasilkan proses sorpsi yang berfluktuasi dan tidak stabil untuk kedua perlakuan. Seluruh variasi konsentrasi awal pada kedua perlakuan inaktivasi lebih cocok dengan model kinetika pseudo 1st-order, sehingga mengindikasikan mekanisme sorpsi cenderung terjadi secara fisisorpsi. Laju sorpsi maksimal didapatkan pada inaktivasi fungisida dengan konsentrasi awal 100 mg/L dengan nilai 0,425. Sementara pada inaktivasi panas, laju sorpsi maksimal didapatkan pada konsentrasi awal 200 mg/L dengan nilai 0,082. Kapasitas ekuilibrium tertinggi terdapat pada varian konsentrasi awal 200 mg/L, yaitu 40,796 mg/g untuk inaktivasi panas dan 31,405 mg/g untuk inaktivasi fungisida. Uji kecocokan model isoterm dari proses biosorpsi pada kedua metode inaktivasi dilakukan berdasarkan model isoterm Langmuir dan Freundlich. Kecocokan dengan isoterm Langmuir ditunjukkan melalui koefisien determinasi (R2) 0,195 untuk inaktivasi panas, dan 0,334 untuk inaktivasi fungisida. Kecocokan dengan isoterm Freundlich ditunjukkan melalui koefisien determinasi (R2) 0,160 untuk inaktivasi panas, dan 0,124 untuk inaktivasi fungisida. Koefisien determinasi yang rendah menunjukkan kedua perlakuan kurang cocok untuk kedua model yang digunakan. Hasil ini menunjukkan bahwa jamur M. palmivorus dalam kondisi penelitian ini mampu menyerap pewarna RTB G-133 dengan baik, dengan kapasitas biosorpsi lebih tinggi dicapai oleh jamur perlakuan inaktivasi panas, dengan laju retensi yang dapat digambarkan melalui model kinetik pseudo 1st – order, serta belum didapatkan model yang sesuai merepresentasikan hubungan antara jamur M. palmivorus sebagai sorben dengan pewarna RTB G-133 sebagai sorbat. Selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengeksplorasi pengaruh faktor-faktor fisikokimia lainnya dalam proses biosorpsi, hingga penelitian gabungan kemampuan biosorpsi dan biodegradasi dari M. palmivorus dalam pengolahan limbah pewarna.