2008 TS PP MAHENSA BILLQYS NP 1-COVER.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2008 TS PP MAHENSA BILLQYS NP 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2008 TS PP MAHENSA BILLQYS NP 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2008 TS PP MAHENSA BILLQYS NP 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2008 TS PP MAHENSA BILLQYS NP 1-BAB 4.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2008 TS PP MAHENSA BILLQYS NP 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2008 TS PP MAHENSA BILLQYS NP 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Ena Sukmana
Proses pengolahan buah kakao mejadi biji kakao kering akan menghasilkan limbah pulp kakao yang sampai saat ini masih kurang termanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pengolahan limbah cair pulp kakao melalui daur ulang limbah menjadi asam asetat secara anaerob dengan kultur curah (batch) menggunakan Circulating Bed Reactor yang terbuat dari flexyglass berkapasitas 6 L. Seeding dan aklimatisasi dilakukan sampai tercapai kondisi steady state, kemudian dilakukan pengoperasian dua bah reaktor CBR anaerob di dalam suhu ruang selama 20 hari. Flushing gas nitrogen dengan kemurnian 99,95% dilakukan terhadap salah satu reaktor (reaktor B-1) selama 10 menit di awal periode operasi untuk melihat pengaruh kehadiran O2 di dalam reaktor. Pengambilan sampel harian dilakukan untuk analisis COD, VSS, alkohol, asam asetat, pH dan komposisi gas dengan periode waktu tertentu. Pengukuran asam asetat dengan konsentrasi tertinggi sebesar 27.517,7 mg/L diperlihatkan oleh reaktor A-1 dengan kehadiran O2 sedangkan reaktor B-1 tanpa kehadiran O2 menghasilkan asam asetat dengan konsentrasi sebesar 15.035,5 mg/L/.
Percobaan II dilakukan menggunakan dua reaktor selama 20 hari. Salah satu reaktor diberikan flushing gas nitrogen terus menerus untuk melihat pengaruh kehadiran H2 di dalam reaktor. Konsentrasi asam asetat yang diperoleh reaktor B-II (tanpa kehadiran H2) sebesar 21.650,35 mg/L sedangkan reaktor A-I dengan kehadiran H2 menghasilan asam asetat sebesar 21.482,52 mg/L. Keberadaan gas O2 akan menyebabkan alur pembentukan asam asetat berlangsung secara aerob dan terjadi lebih cepat (reaktor A-I). Pada reaktor tanpa O2, alur pembentukan asam asetat mulai bergeser ke arah anaerob sehingga berlangsung lebih lambat (reaktor B-I). Sedangkan pada reaktor dengan flushing terus menerus (reaktor B-II), mengakibatkan H2 terusir dari reaktor sehingga pembentukan asam asetat berlangsung relatif lebih cepat dibandingkan dengan reaktor yang hanya diflushing di awal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehadiran O2 di dalam reaktor mempengaruhi alur pembentukan asam asetat dan H2 di dalan reaktor akan menghambat pembentukan asam asetat.