Sebanyak 200 juta ton masker berbahan dasar polipropilena bermuara menjadi sampah setiap tahunnya. Penelitian pengolahan sampah masker sebelumnya menunjukkan bahwa pengolahan dengan metode pirolisis dapat mandiri secara energi. Penerapan teknologi pirolisis untuk mengolah masker telah dilakukan di PIAT UGM, namun memiliki kebutuhan energi proses yang tinggi. Oleh karena itu, desain ulang alat pirolisis sangat diperlukan untuk mencapai hasil sesuai penelitian yang sudah ada sehingga proses pengolahan sampah masker dapat berkelanjutan.
Desain ulang alat pirolisis dilakukan dengan memperhatikan DR&O dan skema kerja berdasarkan parameter optimum proses pirolisis masker hasil penelitian sebelumnya yaitu temperatur operasi 460 ? dan evaluasi alat PIAT UGM. Rancangan alat memiliki bagian utama berupa reaktor, insulasi, kondensor, dan burner. Desain reaktor dan insulasi dioptimasi untuk mencapai total biaya pembuatan dan kebutuhan bahan bakar terendah, desain kondensor didasarkan pada beban pendinginan produk gas pirolisis, dan daya burner didasarkan pada kebutuhan laju pemanasan alat. Hasil desain ulang alat pirolisis memiliki kapasitas reaktor 16 kg per batch, rasio L/D sebesar 1,27, ketebalan insulasi 12,5 cm dengan temperatur permukaan 65 ?, panjang kondensor 9 meter, dan daya burner 39,58 kW termal.
Setiap batch pengolahan sampah masker dengan kapasitas maksimum dapat menghasilkan 12,44 liter minyak dengan kebutuhan bahan bakar sebanyak 1,48 liter minyak, sehingga net minyak yang dihasilkan sebesar 10,96 liter. Kelayakan ekonomi untuk penerapan alat di Kabupaten Sleman dicapai dengan penjualan minyak sebesar 80% dan harga jual minyak Rp10.000/liter, menghasilkan NPV Rp109.871.493 dan IRR 59,7% pada tingkat diskonto 18% selama 10 tahun. Dapat disimpulkan bahwa alat ini mandiri secara energi dan layak untuk diterapkan secara berkelanjutan.