digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia memiliki sumber CO2 yang sangat besar dari gas alam di Kepulauan Natuna, di mana kandungan CO2 pada gas alam mencapai 72%. Apabila teknologi penangkapan CO2 yang feasible secara ekonomi berhasil ditemukan, kemudian hal yang harus dipikirkan adalah apa yang dilakukan pada CO2 tersebut. Penelitian ini berfokus pada pengembangan katalis zeolit H-ZSM-5 untuk konversi etilen menjadi senyawa aromatik yang merupakan rangkaian dari konversi CO2 menjadi senyawa aromatik. Rangkaian penelitian terdiri dari sintesis katalis dan uji aktivitas katalis. Katalis yang disintesis kemudian dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengukur pola difraksi sinar X, N2 Physisorption dengan metode Brunauer-Emmett-Teller (BET) untuk menghitung luas permukaan pori dan Barret-Joyner-Halenda (BJH) untuk menghitung volume pori dan diameter pori, NH3 Temperature Programmed Desorption (TPD) untuk mengukur keasaman, dan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk menganalisis morfologi dan struktur permukaan zeolit. Kemudian uji aktivitas dilakukan dengan reaksi pada temperatur 320 ?, tekanan 1 bar, GHSV 1000 mL.gcat -1 .h-1 , dan waktu reaksi 6 jam serta analisis sampel gas dan cair menggunakan Gas Chromatography. Zeolit H-ZSM-5 pada dasarnya memiliki mikropori yang tidak terlalu optimal untuk sintesis senyawa aromatik sehingga penelitian ini berfokus pada mofidikasi porositas zeolit dengan menambahkan CaCO3 dan polietilen glikol (PEG) sebagai templat untuk mendorong pembentukan pori baru yang lebih besar. Berdasarkan hasil yang didapat, penambahan CaCO3 dan PEG sebagai templat meningkatkan luas permukaan pori. Penambahan PEG sebagai templat efektif meningkatkan eksistensi mesopori, sementara penambahan CaCO3 sebagai templat justru mengurangi eksistensi mesopori. Eksistensi mesopori yang melimpah dan diameter pori yang besar meningkatkan selektivitas senyawa aromatik.