digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK RAKOTOVAO Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

COVER Rakotovao Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

BAB 1 Rakotovao Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

BAB 2 Rakotovao Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

BAB 3 Rakotovao Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

BAB 4 Rakotovao Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

BAB 5 Rakotovao Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

BAB 6 Rakotovao Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

BAB 7 Rakotovao Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

PUSTAKA Rakotovao Lovanantenaina O
PUBLIC Yati Rochayati

Keberadaan radiasi, yang dapat terjadi secara alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia, tersebar luas di sekitar kita. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang radiasi dan kemampuan untuk mendeteksinya secara akurat untuk melindungi kesehatan manusia dan menjaga integritas lingkungan. Studi ini meneliti tiga lingkungan yang berbeda dengan menggunakan pendekatan yang berbeda untuk mengevaluasi dan melacak paparan radiasi. Studi ini memberikan analisis komparatif yang mengidentifikasi pola-pola yang sama dan hambatan-hambatan yang berbeda dalam situasi geografis yang berbeda. Di Mamuju, Indonesia, penelitian ditujukan untuk mengukur tingkat paparan radiasi eksternal tertentu yang dialami oleh individu. Pengukuran paparan radiasi eksternal dihitung dengan cermat selama 30 hari dengan menggunakan dosimeter pribadi portabel yang disebut SmartRad, yang diproduksi oleh Enviro Korea Co, Ltd. Dosimeter dengan sensitivitas tinggi ini menawarkan data waktu nyata yang kontinu, sehingga memungkinkan analisis spasial yang terperinci dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasilnya menunjukkan bahwa laju dosis berfluktuasi antara 0,152 dan 4.200 ?Sv/jam, dan secara kumulatif berkisar antara 0,1 dan 8,4 ?Sv/hari, dengan lama pengukuran rata-rata 160 menit. Dosis radiasi rata-rata di daerah yang mengandung cadangan mineral adalah 11,02 mSv per tahun. Sebaliknya, jumlah paparan radiasi yang biasa terjadi di daerah yang tidak memiliki sumber daya bahan radioaktif adalah 2,6493 mSv per tahun. Dosis efektif rata-rata tahunan untuk manusia tercatat sebesar 6,8347 mSv. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat umum di Mamuju terpapar pada tingkat radiasi yang melebihi ambang batas yang direkomendasikan oleh Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi. Di prefektur Fukushima, penelitian memeriksa data dosis radiasi untuk memantau penurunan tahunan dosis radiasi ambien dan mengevaluasi variabel-variabel yang memengaruhi variasi di daerah yang direkonstruksi, menggunakan sistem pemantauan bergerak yang inovatif pada minibus komunitas. Sistem ini mencakup sensor hemat biaya bernama Pocket Geiger, yang dikombinasikan dengan mikrokontroler dan sistem telekomunikasi. Komponen-komponen ini memungkinkan transfer, akses, tampilan, dan akumulasi data. Wilayah studi mencakup wilayah geografis yang membentang dari kota Okuma hingga Tomioka. Laju dosis ambien yang diukur di sepanjang rute minibus direpresentasikan pada peta, dengan nilai rata-rata dalam kisi-kisi 1 × 1 km yang dihasilkan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis Quantum. Untuk menjamin ketepatan, faktor perisai dari bahan minibus dihitung untuk memodifikasi pembacaan dosis. Penurunan yang cukup besar (p <0,001) dalam dosis radiasi terjadi antara tahun 2022 dan 2023. Klasifikasi penggunaan lahan yang dilakukan oleh Advanced Land Observation Satellite menunjukkan bahwa waktu paruh ekologis bervariasi antara 2,41 tahun dan 1 tahun, yang mengindikasikan penurunan radiasi yang cepat di semua jenis lahan. Hal ini menyoroti korelasi yang kuat antara penurunan radiasi dan parameter lingkungan lainnya, serta tindakan yang diambil untuk menghilangkan kontaminasi di berbagai jenis lahan. Di Pulau Bangka, Indonesia, para peneliti menggunakan dosimeter Geiger Muller dan sensor PM2.5 saku untuk menilai tingkat dosis radiasi ambien dan materi partikulat (PM2.5) yang terkait dengan produksi timah. Pendekatan dua cabang ini menawarkan pemahaman tentang bahaya kesehatan lingkungan yang terkait dengan radiasi dan kualitas udara. Sensor kaca digunakan untuk meningkatkan pemantauan paparan individu, memberikan informasi yang akurat dan disesuaikan dengan tingkat paparan radiasi. Perbedaan tingkat dosis ambien ditemukan di beberapa tempat di dalam dan di sekitar pabrik pengolahan mineral. Lokasi dengan tingkat radiasi terbesar yang tercatat ditemukan di tempat-tempat seperti penyimpanan terak, di mana tingkat dosisnya mencapai 7,6 µSv/jam. Di sisi lain, tingkat radiasi terendah terdeteksi di ruang kantor, wisma, tempat parkir, dan area pantai umum, dengan tingkat dosis serendah 0,08 µSv/jam. Wilayah tertentu yang terkait dengan pemrosesan dan pembuangan mineral, seperti area penyimpanan terak dan sampel mineral tertentu (misalnya, ilmenit, zirkon, monasit), menunjukkan peningkatan tingkat radiasi. Zona operasional tertentu, seperti lokasi terak, menunjukkan tingkat dosis ambien yang meningkat secara signifikan, yang mengindikasikan adanya kemungkinan bahaya kesehatan bagi para pekerja dan masyarakat sekitar. Sebaliknya, lokasi perumahan dan perkantoran menunjukkan tingkat dosis ambien yang relatif rendah, yang mengindikasikan masalah paparan radiasi yang dapat diabaikan di lokasi-lokasi tersebut. Penelitian sebelumnya di Bangka telah menunjukkan bahwa beberapa lokasi pertambangan dan pengolahan mineral memiliki tingkat radiasi yang lebih tinggi karena adanya bahan radioaktif yang terbentuk secara alamiah (NORM). Penelitian ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya dengan mengidentifikasi area yang sama dengan tingkat radiasi yang lebih tinggi di pabrik pengolahan mineral, yang menyoroti pentingnya pemantauan yang berkelanjutan dan tindakan pencegahan keselamatan untuk radiasi. Berbeda dengan berkonsentrasi pada satu lokasi atau jenis paparan radiasi tertentu, penelitian ini mengambil pendekatan yang lebih luas. Ketiga lokasi ini menunjukkan berbagai macam skenario yang ditemukan di area dengan tingkat radiasi latar belakang yang tinggi secara alami. Ketiga lokasi ini memberikan wawasan berharga tentang berbagai cara paparan radiasi terjadi di lingkungan yang berbeda dan dari sumber yang berbeda. Penelitian ini menekankan perlunya pemantauan radiasi komprehensif yang menggabungkan sumber-sumber alami, buatan manusia, dan industri untuk menetapkan protokol keselamatan yang efisien. Implikasi dari intervensi terfokus dalam situasi pasca bencana disorot oleh penurunan tingkat radiasi yang cepat di Fukushima, yang telah dibantu oleh perubahan penggunaan lahan dan inisiatif dekontaminasi. Hasil dari Bangka menunjukkan hubungan yang saling terkait antara aktivitas industri dan kesejahteraan lingkungan, menggarisbawahi pentingnya pemantauan dua parameter utama (radiasi dan PM2.5) di kawasan industri. Evaluasi PM 2.5 dan radiasi secara bersamaan menekankan bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh kedua jenis polutan ini. Studi ini menyajikan model komprehensif untuk memantau dosis ambien dan melindungi kesehatan masyarakat dalam situasi HNBRA. Pendekatan ini mencakup pemantauan spesifik lokasi, pengumpulan data dinamis, penilaian risiko menyeluruh, dan solusi yang dapat disesuaikan. Hasil numerik ini menekankan perlunya menerapkan langkah-langkah perlindungan yang ketat dan kepatuhan terhadap peraturan di lingkungan yang terpapar radiasi. Selain itu, hasil-hasil ini memberikan perspektif yang berharga untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mengelola lingkungan, dengan fokus pada pendekatan yang fleksibel untuk mengurangi bahaya yang terkait dengan paparan radiasi.