digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Arsip dalam pengertian mutakhir tidak lagi diasosiasikan hanya sebagai benda yang tersimpan dari masa lalu dan tidak dapat dipublikasikan. Dalam konteks seni rupa kontemporer, arsip mampu menjadi objek yang dipamerkan untuk penyebaran pengetahuan dan pembacaan sejarah yang baru. Kesempatan ini diaplikasikan dalam pengerjaan proyek pameran arsip yang mengangkat sosok Herry Sutresna sebagai subjek untuk membaca wacana situasi sosial, politik dan budaya pasca Orde Baru. Sosok Sutresna sebagai warga Bandung yang aktif dalam gerakan sosial, pegiat seni, dan aktif di berbagai komunitas lintas disiplin telah menjalani praktik nya selama tiga puluh tahun. Sejak tahun 1994, ketika Sutresna tergabung dalam grup hip hop Homicide telah memberikan dampak yang signifikan bagi kebudayaan populer di Bandung, keterlibatannya dalam berbagai kolektif dan simpul-simpul komunitas yang memiliki ruang otonom di Bandung membentuk habitusnya yang telah dipupuk sejak mempelajari marxisme sehingga memiliki modal sosial dan kultural di masyarakat. Berbagai dinamika yang terjadi dengan banyaknya peristiwa penting dan insiden dalam sejarah nasional telah dilalui Sutresna dengan merespon setiap tikungan penting dalam lini masa sejarah dengan produk budaya yang diciptakan sehingga dapat membaca periode praktik Sutresna dengan irisannya dalam menghadapi letupan kekecewaan reformasi dan masa gelap pasca Orde Baru yang dirasa tidak ada perubahan total sesuai dengan harapan. Melalui habitus Sutresna sebagai warga urban yang mengadopsi budaya punk sebagai alat tandingan ideologi sampai membawa Sutresna dalam praktik dan pemahaman anarkisme, sejak tahun 2000 awal sampai akhir periode penelitian di 2024. Pembentukan metode dalam proyek yang berjudul Membaca Gejala dari Jelaga ini melalui tahap-tahap tertentu, diantaranya riset literatur, inventarisir arsip, dan wawancara kepada Sutresna serta pihak lain yang memiliki irisan dengan wacana pameran. Pameran ini adalah upaya untuk menampilkan khazanah yang bersumber dari arsip dan dokumentasi Herry Sutresna, sosoknya telah memberikan begitu banyak warisan pengetahuan, terutama pada ranah sosial, dan hal itu mesti dipresentasikan untuk mendorong lahirnya gagasan baru lebih kritis. Lewat pameran ini pun, diharapkan dapat menjawab kebutuhan arsip sebagai wahana pengetahuan dan pembacaan baru dalam sejarah yang dapat disandingkan dengan pemikiran-pemikiran kritis praktik kurasi saat ini. Bagaimana pada pemilihan arsip-arsip Sutresna, baik arsip primer maupun sekunder dapat dipresentasikan sebagai media pembacaan sejarah yang dihadirkan di ruang pameran. Berbagai kategori jenis arsip diantaranya poster, fanzine dokumentasi foto, dokumentasi video, manuskrip, karya representasi, cinderamata, dan buku menjadi objek untuk membaca lintasan sejarah pasca Orde Baru dengan cara Sutresna yang meliputi sikap dan pemikiran anarkisme lewat pendekatan budaya populer.