HVDC semakin banyak diadopsi sebagai solusi untuk interkoneksi area karena
kemampuannya menghubungkan sistem asinkron dan memberikan kontrol daya
yang meniru generator konvensional. Dalam kasus Indonesia, sistem industri
remote di Sumatera mengalami peningkatan beban dan mempunyai pilihan untuk
mengambil daya dari sistem kelistrikan Sumatera. Namun karena perbedaan
frekuensi, penggunaan HVDC menjadi krusial. Generation Expansion Planning
(GEP) telah mengusulkan enam konverter untuk diinterkoneksikan ke sistem
tersebut, tetapi belum dengan lokasinya. Studi ini akan mencoba untuk menentukan
lokasi interkoneksi yang paling andal untuk konverter dalam sistem ini. Konverter
yang dipilih adalah Modular Multilevel Converters (MMC) karena modularitasnya
yang tinggi. Pemodelan keandalan konverter ini mempertimbangkan level
tegangan, jumlah modul, dan strategi redundansi. Pemodelan ini kemudian
diimplementasikan pada level sistem tenaga listrik untuk mendapatkan kombinasi
penempatan dan interkoneksi terbaik pada pilihan gardu induk Tegangan Tinggi
(HV) yang tersedia. Penelitian ini mengusulkan penentuan penempatan terbaik
berdasarkan indeks reliabilitas dengan nilai minimum. Penempatannya yang
optimal juga mencakup opsi konversi dari interkoneksi HV ke interkoneksi
Tegangan Menengah (MV). Interkoneksi MV menawarkan fleksibilitas yang lebih
tinggi namun cenderung lebih mahal. Sensitivitas biaya gangguan dari analisis
keandalan, investasi, dan biaya pemeliharaan, akan menghasilkan kombinasi
konverter HV dan MV yang terbaik. Analisis tekno-ekonomi menunjukkan bahwa
setidaknya satu dari enam konverter tetap ekonomis jika dikonversikan dari HV ke
MV.