digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Dliya'uljihad Fie Z.
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Nanopartikel perak merupakan salah satu nanopartikel yang paling diminati dalam dunia medis karena konduktivitasnya yang tinggi dan kemampuannya dalam menembus dinding sel bakteri sehingga menyebabkan kerusakan sel bakteri. Sintesis nanopartikel perak dengan metode bottom-up adalah yang paling umum dilakukan. Namun permasalahan muncul ketika digunakan reduktor kimia yang bersifat toksik, hal itu akan menjadi masalah ketika residu bahan kimia terkandung di dalam nanopartikel perak. Pembuatan nanopartikel dengan pendekatan sintesis hijau adalah sebuah opsi untuk menjawab permasalahan penggunaan agen pereduksi kimia yang membahayakan lingkungan. Penelitian ini melakukan sintesis nanopartikel perak menggunakan agen pereduksi dari ekstrak tumbuhan. Tanaman jengkol dipilih sebagai bioreduktor untuk mereduksi ion Ag+ karena kandungan flavonoid yang terdapat di dalamnya dan sebelumnya belum pernah dilakukan studi sintesis nanopartikel perak dengan agen pereduksi dari tanaman ini. Penelitian dilakukan dengan cara mencampurkan ekstrak kulit jengkol dengan larutan AgNO3. Variasi yang dilakukan pertama kali pada penelitian ini adalah penggunaan konsentrasi prekursor 10 mM dan 100 mM. Penampakan visual dari penelitian awal ini menampilkan variasi konsentrasi prekursor 100 mM mengalami pengendapan yang mengindikasikan bahwa partikel-partikel yang terbentuk berada di luar skala nano sehingga variasi ini tidak menguntungkan dalam pembuatan nanopartikel. Sementara itu, penampakan visual dari variasi konsentrasi prekursor 10 mM ini berwarna kuning pucat yang menandakan adanya reaksi yang terjadi namun dengan laju yang lambat. Karena itu, konsentrasi prekursor 10 mM ini dipilih untuk diberikan perlakuan lebih lanjut dengan iradiasi gelombang mikro dengan variasi durasi 30 detik, 60 detik, dan 90 detik untuk mengetahui pengaruhnya terhadap ukuran, stabilitas, dan keseragaman partikel yang terbentuk. Karakterisasi nanopartikel menggunakan instrumen Transmission Electron Microscopy (TEM), Particle Size Analyzer (PSA), Zeta Potential Analyzer (ZPA), X-Ray Diffraction (XRD), UV-Visual Spectroscopy (UV-Vis), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Berdasarkan hasil analisis ukuran partikel menggunakan Particle Size Analyzer (PSA), didapatkan ukuran partikel sebesar 267,4 nm, 658,4 nm, dan 1508,6 nm masing-masing untuk sampel 30 detik, 60 detik, dan 90 detik. Nilai polydispersity index yang diperoleh sebesar 0,118; 0,754; dan 0,655 masing-masing untuk sampel 30 detik, 60 detik, dan 90 detik. Kemudian pada pengukuran potensial zeta didapatkan nilai sebesar -51,1 mV, -48,3 mV, dan -31,9 mV masing-masing untuk sampel 30 detik, 60 detik, dan 90 detik. Dan pada pengukuran TEM didapatkan ukuran partikel sebesar 14,64±3,82 nm, 7,52±2,39 nm, dan 16,70±5,51 nm masing-masing untuk sampel 30 detik, 60 detik, dan 90 detik. Berdasarkan data-data tersebut variasi sampel 30 detik dipilih sebagai variasi waktu yang optimal untuk melakukan sintesis dengan iradiasi microwave. Karena ukuran partikelnya yang cenderung kecil, lebih seragam, dan stabilitasnya yang tinggi.