digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

SKKMIGAS sebagai satuan khusus yang dibentuk pemerintah telah mencanangkan produksi minyak dan gas Indonesia sebesar 1 juta bopd dan 12 bscfd di tahun 2030. Sebagai bagian dari perusahaan Migas, PT Pertamina EP (PEP) ikut mendukung program tersebut, dengan berbagai rencana kerja yang berdampak pada kenaikan produksi di seluruh wilayah kerja PEP. Salahsatunya yaitu lapangan minyak Jatibarang. Lapangan Jatibarang merupakan lapangan yang sudah diproduksikan dari tahun 1971 sehingga telah mengalami penurunan produksi, sampai saat ini lapangan jatibarang dominan di produksikan dengan menggunakan Artificial Lift Gas Lift (GL). Namun seiring waktu berjalan, GL sudah tidak optimal dan berdampak pada Low & Off produksi sehingga masalah ini perlu segera ditangani supaya bisa mempertahankan produksi struktur Jatibarang. Peneliti menggunakan Analisis SWOT dan Metode Kepner Tregoe serta data-data lapangan untuk mencari akar masalahnya. Dengan kedua metode tersebut didapatkan bahwa penurunan produksi disebabkan oleh tidak optimalnya sumur-sumur Gas Lift yang disebabkan katub gas Lift sering tidak bekerja dengan baik dan supply gas Injeksi kurang optimal. Selanjutnya peneliti menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) guna memilih metode Artificial Lift yang sesuai untuk menggantikan GL, dengan berdasarkan kriteria: Cost, Production, Low Rate, Trajectory dan Time to installation dengan goal adalah untuk menambah produksi. Hasil AHP diperoleh bahwa Artificial Lift Hydraulic Pumping Unit (HPU)merupakan alternative solusi yang terbaik dengan score 57.5% di banding ESP dan Plunger Lift. Dan kriteria dengan score tertinggi yaitu Produksi dengan nilai 45.5%. Sehingga program konversi lifting ini akan terus dilakukan pada sumur-sumur Gas Lift selanjutnya.