ELIZABETH ELSARIA JAYA
PUBLIC Latifa Noor
ELIZABETH ELSARIA JAYA
EMBARGO  2027-09-02 
EMBARGO  2027-09-02 
ELIZABETH ELSARIA JAYA
EMBARGO  2027-09-02 
EMBARGO  2027-09-02 
ELIZABETH ELSARIA JAYA
EMBARGO  2027-09-02 
EMBARGO  2027-09-02 
ELIZABETH ELSARIA JAYA
EMBARGO  2027-09-02 
EMBARGO  2027-09-02 
ELIZABETH ELSARIA JAYA
EMBARGO  2027-09-02 
EMBARGO  2027-09-02 
ELIZABETH ELSARIA JAYA
EMBARGO  2027-09-02 
EMBARGO  2027-09-02 
ELIZABETH ELSARIA JAYA
PUBLIC Latifa Noor
Urea merupakan salah satu jenis pupuk yang mengandung kadar nitrogen tinggi,
sekitar 45–46%. Nitrogen diperlukan tanaman sebagai bahan utama pembentukan
klorofil, protein, dan asam amino. Namun demikian, tanaman tidak mampu menyerap
nitrogen dalam urea secara maksimal, akibat proses penyerapan yang baru terjadi
dalam 2–3 hari, dan hanya sekitar 20–30% (b/b) nitrogen terurai yang bisa diserap.
Selain itu, urea juga mudah terdekomposisi dan mudah terbawa air hujan. Hal ini
menyebabkan borosnya pemakaian pupuk urea dan memungkinkan pencemaran tanah
dan air. Salah satu cara menangani masalah ini adalah memodifikasi urea menjadi
kompleks inklusi, untuk menghasilkan pupuk yang pelepasan nitrogennya lebih
terkendali (controlled release fertilizer, CRF). Pada penelitian ini, pati singkong
digunakan sebagai molekul inang untuk mengomplekskan pupuk urea. Pati terdiri dari
struktur amilosa berbentuk heliks tunggal, yang memiliki rongga di bagian dalamnya.
Rongga atau kanal tersebut dapat diisi oleh pupuk berbahan dasar urea. Urea perlu
lebih dulu ditingkatkan hidrofobisitasnya karena urea yang hidrofilik tidak bisa
langsung berinteraksi dengan rongga amilosa yang hidrofobik. Dalam hal ini, urea
direaksikan dengan 1-bromoheptana, membentuk senyawa urea yang salah satu
hidrogennya tersubstitusi heptil (N-heptilurea). N-heptilurea dikarakterisasi
menggunakan spektroskopi inframerah transformasi fourier (FTIR), resonansi
magnetik inti (NMR), difraksi sinar-X (XRD), dan analisis termogravimetri (TGA).
Selanjutnya, N-heptilurea dicampurkan dengan larutan pati untuk membentuk
senyawa kompleks inklusi pati–N-heptilurea. Pati–N-heptilurea dikarakterisasi
menggunakan FTIR, XRD, TGA, serta uji iodin. Hasil karakterisasi IR, NMR, XRD,
dan TGA menunjukan bahwa N-heptilurea berhasil terbentuk dengan rendemen
sebesar 2,5% (b/b). Produk N-heptilurea dikomplekskan dengan pati, untuk
menghasilkan pati–N-heptilurea. N-heptilurea sebagai molekul tamu divariasikan
persentasenya, sebesar 5% dan 7% (b/b) terhadap massa total kompleks. Hasil uji iodin
menunjukan bahwa kompleks inklusi pati–N-heptilurea berhasil terbentuk, dengan
persen kompleksasi sama-sama sebesar 74% (b/b) untuk variasi molekul tamu 5% dan
7%. Selanjutnya, uji pelepeasna nitrogen dilakukan terhadap urea, N-heptilurea, dan
pati–N-heptilurea variasi 5% dan 7%. Pengujian hari ke-4 setelah penanaman
menunjukkan bahwa total nitrogen (baik berupa NH4+ dan NO3–) yang dilepaskan oleh
N-heptilurea dan pati–N-heptilurea lebih lambat dibandingkan pelepasan nitrogen dari
urea. Tren ini juga berlaku pada pengujian hari ke-10 setelah penanaman, tetapi total
nitrogennya lebih banyak dari total nitrogen hari ke-4. Uji pelepasan nitrogen
menunjukkan bahwa kompleks pati–N-heptilurea dapat memperlambat proses
pelepasan nitrogen dari pupuk berbasis urea.