digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Refina Mahargita
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Refina Mahargita
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Refina Mahargita
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Refina Mahargita
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Refina Mahargita
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Refina Mahargita
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Refina Mahargita
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Refina Mahargita
PUBLIC Yoninur Almira

LAMPIRAN Refina Mahargita
PUBLIC Yoninur Almira

Pertumbuhan penduduk yang cepat dan keterbatasan lahan di Kawasan Perkotaan Inti Cekungan Bandung berdampak pada kesulitan pengaturan terhadap permintaan hunian yang mudah dijangkau dan memicu peningkatan harga hunian di pusat kota. Hal tersebut jika tidak dibatasi akan mengakibatkan urban sprawl, dan timbul kesulitan bagi generasi milenial di kawasan Perkotaan Inti Cekungan Bandung (Kota Bandung dan Kota Cimahi) untuk memiliki hunian dikarenakan mahalnya pertukaran antara harga lahan untuk hunian di pusat kota dengan biaya transportasi. Diperlukan penyesuaian hunian melalui penyediaan yang sesuai dengan persepsi dan preferensi generasi milenial. Metode yang digunakan adalah analisis konjoin, yang memungkinkan identifikasi atribut hunian yang paling mempengaruhi pilihan generasi milenial. Analisis konjoin memungkinkan memahami bagaimana generasi milenial memprioritaskan berbagai aspek hunian, seperti lokasi, fasilitas, aksesibilitas, harga, keamanan dan legalitas dalam pengambilan keputusan mereka. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa generasi milenial di Kawasan Perkotaan Inti Cekungan Bandung memiliki preferensi terhadap hunian tapak sebesar 88% dan hunian vertikal sebesar 12% dengan berlokasi di kawasan pusat kota hingga kawasan transisi. Faktor utama yang mempengaruhi preferensi ini adalah kemudahan akses ke fasilitas perbelanjaan dan transportasi umum. Lokasi potensial yang diidentifikasi di pusat kota meliputi kelurahan Kebon Jeruk, Citarum, Balong Gede, dan Braga. Sedangkan untuk kawasan transisi, lokasi potensial mencakup kelurahan Cisaranten Kulon, Sukamiskin, Karang Anyar, Pamoyanan, Dago, Lebak Gede, Turangga, Malabar, dan Pasteur. Preferensi ini menunjukkan keinginan generasi milenial untuk tinggal di lokasi yang strategis dengan akses mudah ke berbagai kebutuhan sehari-hari serta fasilitas umum. Generasi milenial menunjukkan kecenderungan untuk memilih hunian yang memadukan kemudahan aksesibilitas dengan keberadaan fasilitas pendukung yang memadai. Keberadaan transportasi umum yang efisien dan fasilitas perbelanjaan yang dekat menjadi faktor kunci dalam keputusan mereka memilih tempat tinggal. Fasilitas perbelanjaan yang dekat memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan lebih mudah, sementara transportasi umum yang efisienii memungkinkan mobilitas yang lebih baik dalam dan luar kota. Hal ini mencerminkan pentingnya integrasi antara hunian dan infrastruktur kota dalam menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup generasi milenial yang modern dan dinamis. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsep kota kompak yang dirancang dengan mempertimbangkan preferensi generasi milenial dapat meningkatkan kualitas hidup urban serta mendorong perkembangan kota yang lebih terintegrasi. Kota kompak menawarkan solusi untuk mengatasi tantangan urbanisasi seperti kemacetan lalu lintas, dan polusi. Dengan mengadopsi konsep ini, kota dapat menyediakan hunian yang efisien dalam penggunaan ruang dan sumber daya, serta mendukung mobilitas yang ramah lingkungan. Hasil penelitian ini memberikan panduan praktis bagi perencana kota dan pengembang properti dalam merancang hunian yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi generasi milenial. Selain itu, temuan ini juga berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mengintegrasikan kebutuhan hunian modern dengan prinsip pembangunan kota kompak. Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan penting untuk pengembangan strategi pembangunan kota yang dapat mengakomodasi kebutuhan generasi milenial sekaligus mempromosikan konsep kota kompak yang terintegrasi.