digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dokumen Asli
PUBLIC Dessy Rondang Monaomi

Proyek Java-Bali Connection (JBC), yang menggunakan teknologi hibrida dari saluran udara tegangan ekstra tinggi (EHV) 500 kV dan kabel dengan isolasi XLPE, merupakan solusi untuk memenuhi konsumsi listrik yang meningkat di Bali dengan memanfaatkan listrik berbiaya rendah dari Jawa. Proyek ini diharapkan menjadi yang pertama di Indonesia yang menggunakan kabel bawah laut XLPE 500 kV. Dalam sistem tenaga listrik, operasi switching sangat umum dilakukan. Switching diperlukan untuk alasan seperti isolasi komponen jaringan, pemindahan energi listrik dari satu sirkuit ke sirkuit lainnya, isolasi bagian yang mengalami gangguan, dan lain-lain. Proses switching menghasilkan transien. Dalam sistem EHV, tegangan lebih transien akibat switching lebih kritis daripada yang disebabkan oleh petir. Transien dijelaskan dalam bentuk medan elektromagnetik dan gelombang berjalan. Karena perbedaan struktural, sistem kabel hibrida OHLbawah laut akan mengalami transmisi dan refleksi gelombang elektromagnetik yang kompleks, terutama pada titik sambungan, yang menyebabkan tegangan lebih mencapai nilai maksimum di ujung penerima. Studi ini berfokus pada analisis transien switching dalam proyek JBC yang akan datang, yaitu hibrida antara OHL dan kabel bawah laut, menggunakan perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory berdasarkan model sistem tenaga listrik yang realistis. Model parameter terdistribusi dengan parameter konstan dari model Bergeron digunakan. Analisis efek gelombang berjalan pada titik sambungan saluran dilakukan, dan langkah waktu integrasi berdasarkan waktu gelombang berjalan dipilih dengan hati-hati. Kontribusi studi ini terutama diarahkan pada fenomena yang terkait dengan operasi transien selama pemberian energi tanpa beban dan pemutusan energi dari sistem kabel hibrida OHL-bawah laut. Diperhatikan bahwa proses energisasi dapat menyebabkan tegangan lebih yang sangat tinggi, yang diidentifikasi sebagai tekanan signifikan pada isolasi komponen sistem. Standar IEC sangat merekomendasikan studi koordinasi isolasi dilakukan berdasarkan simulasi statistik. Distribusi statistik pemberian energi, yang menilai kinerja mekanis penutupan pemutus sesuai spesifikasi nyata PLN, dihasilkan dengan variasi konfigurasi sirkuit dan daya hubung singkat sistem tenaga listrik, dengan analisis yang mencakup 400 simulasi. Tegangan Tahan Switching (SWV) selama proses pemberian energi ditemukan tetap di bawah 1175 kV yang ditentukan dalam kode jaringan. Selain itu, disimpulkan bahwa iv tegangan lebih transien pemberian energi cenderung lebih tinggi ketika ada peningkatan daya hubung singkat jaringan. Distribusi probabilitas dipasangkan dengan distribusi normal, dengan skewness dan kurtosis masing-masing menunjukkan kemiringan ke kanan dan puncak yang lebih rendah daripada distribusi normal. Pada saluran yang dilengkapi dengan dua sirkuit dan reaktor shunt yang terhubung ke saluran, masalah resonansi paralel dapat ditemui, terutama ketika satu sirkuit sudah dialiri listrik dan sirkuit lainnya akan dialiri listrik. Dalam studi ini telah ditentukan bahwa resonansi paralel tidak akan terjadi dalam kasus JBC ketika reaktor shunt dialiri listrik, karena tingkat kompensasi reaktor shunt hanya sebesar 49%. Ketika reaktor shunt tetap terhubung ke fasa-fasa saat sirkuit kabel hibrida OHL-Bawah Laut dimatikan, fasa yang terputus menunjukkan tegangan AC berosilasi yang meredam dengan frekuensi yang superimposed. Peningkatan probabilitas restrike pemutus sirkuit disebabkan oleh tegangan pemulihan transien (TRV) yang lebih tinggi, yang menyebabkan kerusakan bahan dielektrik antara kontak pemutus. RRRV dan puncak TRV mencirikan TRV. TRV akibat gangguan lebih parah dibandingkan dengan yang disebabkan oleh switching normal. Simulasi menunjukkan bahwa ketika terjadi hubung singkat tiga fasa pada pemutus saluran, RRRV melebihi limit standar IEC jika hanya satu sirkuit yang beroperasi. Penambahan kapasitansi akan mengurangi ketajaman RRRV tetapi akan mengakibatkan peningkatan tegangan puncak pertama. Penambahan kapasitansi mengurangi redaman, yang menyebabkan amplitudo tegangan meningkat dan tegangan menjadi lebih berosilasi. Simulasi statistik yang ekstensif dan analisis sensitivitas yang ketat pada berbagai parameter yang terkait dengan pemberian energi dan pemutusan energi transien dari sistem hibrida OHL-bawah laut telah diidentifikasi sebagai kontribusi ilmiah utama dari tesis ini. Sebagai hasilnya, potensi risiko dalam sistem hibrida sehubungan dengan tegangan lebih pemberian energi telah dipetakan. Studi ini diharapkan menjadi referensi yang dapat digunakan dalam perencanaan sistem PLN untuk mengevaluasi kelayakan umum proyek kabel hibrida OHL.