

ZAKI YUSUF FAKHRIZAL
EMBARGO  2027-07-25 
EMBARGO  2027-07-25 

ZAKI YUSUF FAKHRIZAL
EMBARGO  2027-07-25 
EMBARGO  2027-07-25 

ZAKI YUSUF FAKHRIZAL
EMBARGO  2027-07-25 
EMBARGO  2027-07-25 

ZAKI YUSUF FAKHRIZAL
EMBARGO  2027-07-25 
EMBARGO  2027-07-25 

ZAKI YUSUF FAKHRIZAL
EMBARGO  2027-07-25 
EMBARGO  2027-07-25 

ZAKI YUSUF FAKHRIZAL
EMBARGO  2027-07-25 
EMBARGO  2027-07-25 

ZAKI YUSUF FAKHRIZAL
EMBARGO  2027-07-25 
EMBARGO  2027-07-25 
Low molecular weight (LMW) hidrokarbon aromatik polisiklik (polycyclic aromatic
hydrocarbons, PAH), seperti antrasena, fenantrena, dan fluorena, bersifat volatil, karsinogenik
dan memiliki tingkat toksisitas yang tinggi. Salah satu metode untuk memekatkan dan
memurnikan LMW PAH sebagai tahap pra-konsentrasi sampel dari lingkungan yang tercemar
adalah metode adsorpsi. Biosilika merupakan biosorben dari mikroalga jenis diatom yang
berpotensi digunakan sebagai adsorben PAH karena memiliki luas permukaan yang besar dan
dapat dimodifikasi dengan gugus hidrofobik yang dapat berinteraksi dengan LMW PAH. Pada
penelitian ini, biosilika diekstraksi dari diatom Cyclotella striata dari Teluk Bidadari Indonesia
(TBI), dan selanjutnya diaktivasi untuk menambahkan gugus silanol pada permukaannya, serta
dimodifikasi dengan asam fenil asetat sebagai senyawa hidrofobik yang dapat berinteraksi
dengan LMW PAH. Selanjutnya, biosilika termodifikasi asam fenil asetat dikarakterisasi dan
dievaluasi dalam hal kinerja adsorpsi sebagai adsorben antrasena, fenentrena, dan fluorena.
Proses ekstraksi biosilika dari biomassa dilakukan dengan oksidasi asam nitrat dan dilanjutkan
dengan kalsinasi pada 550°C menghasilkan biosilika murni. Ekstraksi biosilika berhasil
dilakukan dengan produktivitas 2 gram biosilika untuk tiap 100 gram biomassa Cyclotella
striata. Spektrum FTIR biosilika teraktivasi menunjukan peningkatan intensitas puncak SiOH pada bilangan gelombang 960 cm?1
. Sementara itu, spektrum FTIR biosilika termodifikasi
asam fenil asetat mengindikasikan terdapatnya gugus baru pada sampel, dibandingkan dengan
biosilika murni, yaitu gugus C=O yang menyerap pada 1700 cm?1 dan C?H pada 1400 cm?1
.
Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi biosilika dengan asam fenil asetat telah berhasil
dilakukan. Studi kinetika adsorpsi antrasena, fenantrena, dan fluorena pada biosilika murni
dan biosilika termodifikasi asam fenil asetat mengikuti model kinetika orde dua semu.
Berdasarkan model kinetika tersebut, biosilika termodifikasi memiliki kapasitas adsorpsi yang
lebih tinggi dibandingkan biosilika murni terhadap antrasena (73,7 vs. 60,6 mg/g), fenentrena
(66,7 vs. 51,6 mg/g), dan fluorena (57,7 vs. 40,2 mg/g). Modifikasi asam fenil asetat
memperlambat proses adsorpsi antrasena dan fluorena pada biosilika, ditunjukan dengan laju
adsorpsi awal yang lebih kecil dibandingkan biosilika murni. Walaupun terjadi penurunan laju
adsorpsi, waktu paruh adsorpsi pada biosilika termodifikasi masih cukup kecil menandakan
bahwa adsorpsi masih terjadi secara cepat (3,5–6,5 menit). Pemodelan kinetika dengan
Weber?Moris intraparticle diffusion model menunjukan bahwa proses adsorpsi LMW PAH
pada biosilika murni dibatasi oleh tiga tahap penentu laju, berbeda dengan biosilika
termodifikasi yang hanya dibatasi oleh dua tahap penentu laju.