digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

RAYSA AULIYA HAFIZAH
PUBLIC Latifa Noor

Kanker menjadi penyebab kematian kedua di seluruh dunia. Kanker paru-paru menjadi jenis kanker urutan kedua yang paling banyak diderita dengan tingkat kematian yang paling tinggi. Kanker paruparu merupakan penyakit yang diakibatkan oleh mutasi gen pada jalur sinyal Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) yang menyebabkan fosforilasi secara berlebihan. Salah satu obat yang digunakan untuk kanker paru-paru adalah gefitinib. Gefitinib merupakan molekul yang memiliki aktivitas inhibitor tirosin kinase epidermal growth factor receptor (EGFR). Pada penelitian sebelumnya tahap paling penting dari sintesis gefitinib adalah proses demetilasi gugus metoksi pada posisi 6 terhadap 6,7-dimetoksi-3,4-dihidrokuinazolin-4-on (1) menggunakan L-metionin dan asam metanasulfonat menghasilkan 6-hidroksi-7-metoksi-3,4-dihidrokuinazolin-4-on (2), dengan rendemen sebesar 46%. Oleh karna itu pada penelitian ini bertujuan untuk optimasi proses demetilasi pada 6-hidroksi-7-metoksi-3,4-dihidrokuinazolin-4-on (2) dengan memvariasikan suhu dan ekivalen, kemudian hasil optimasi direaksikan dengan 4-(3-kloro-4-fluorofenilamino)-6,7-dimetoksi kuinazolin (3) menghasilkan 4-(3-kloro-4-fluorofenilamino)-6-hidroksi-7-metoksi kuinazolin (4). Selanjutnya dilakukan reaksi eter Williamson menghasilkan intermediet N-(3-kloro-4-fluorofenil)-6- (3-kloropropoksi)-7-metoksikuinazolin-4-amina (5) dan 6-(4-bromobutoksi)-N-(3-kloro-4- fluorofenil)-7-metoksikuinazolin-4-amina (6). Pada penelitian ini telah berhasil disintesis senyawa (2) dengan kondisi optimum reaksi pada suhu 120°C dan perbandingan ekivalen prekursor dan Lmetionin 1:1,5 selama 1 jam reaksi dengan HPLC yield sebesar 74,4%, senyawa (4) dengan rendemen sebesar 49%, senyawa (5) dengan rendemen sebesar 31%, senyawa (6) dengan rendemen sebesar 3,5%. Produk hasil sintesis dikarakterisasi dengan spektroskopi NMR (1H dan 13C) dan spektrometri massa