Pages from 2006 TS PP HARRY AFRYANDI 1-COVER.pdf
Pages from 2006 TS PP HARRY AFRYANDI 1-BAB1.pdf
Pages from 2006 TS PP HARRY AFRYANDI 1-BAB2.pdf
Pages from Pages from 2006 TS PP HARRY AFRYANDI 1-BAB3a.pdf
Pages from 2006 TS PP HARRY AFRYANDI 1-BAB3b.pdf
Pages from 2006 TS PP HARRY AFRYANDI 1-BAB4.pdf
Pages from 2006 TS PP HARRY AFRYANDI 1-BAB5.pdf
2006 TS PP HARRY AFRYANDI 1-PUSTAKA.pdf
Abstrak:
Ada beberapa metode umum yang sering digunakan untuk perencanaan dan penjadwalan proyek, di antaranya adalah Critical Path Method (CPM) dan Program Evaluation and Review Technique (PERT). Keduanya, apabila dilihat dari sudut pandang flow management masih memiliki kekurangan, yaitu: input/output informasi yang dibutuhkan proses konstruksi dan ketergantungannya tidak direpresentasikan secara eksplisit selama proses perencanaan. Chen, Q., (2003), Mori, T., et. al., (1999), Yassine, A., (2003), dan Wang, W., (2005) sebenarnya telah mencoba menutupi kekurangan ini, tetapi tetap saja informasi dan ketergantungan antar aktivitas masih kurang jelas direpresentasikan. Hal ini mengakibatkan jadwal yang dibangun kurang eksplisit (tidak transparan), sehingga menyebabkan sering terjadinya perubahan pada saat eksekusi.
Kekurangan-kekurangan di atas dapat ditutupi dengan mengidentifikasi informasi dan ketergantungannya selama proses perencanaan. Identifikasi bertujuan meningkatkan transparansi proses konstruksi yang merupakan salah sate penerapan dari prinsip lean construction (Al-Najjar, 1999).
Penelitian ini menghasilkan algoritma perencanaan proyek dengan memperhatikan aliran dan ketergantungan informasi antar aktivitas. Informasi tersebut di-capture dengan menggunakan metode IDEF (IDEFO dan IDEF3) pada tahap awal algoritma. Dengan menggambarkan aliran informasi yang eksplisit, ketergantungan informasi antar aktivitas proyek dapat diperoleh, sehingga jadwal yang dihasilkan lebih transparan.
Selain itu penelitian ini juga menyediakan informasi berupa Milestone Pengendalian (MPs) yang digunakan untuk mengkoordinasikan setiap aktivitas dan relasinya. MPs dibangun berdasarkan paket-paket pekerjaan (WPs) yang memiliki ketergantungan/urutan aktivitas dan keterkaitan dengan kontraktor yang terlibat (tanpa mempedulikan pekerjaan utamanya-fungsional). Dengan menggunakan WPs tersebut, MPs menjadi lebih eksplisit dan transparan dan dapat dijadikan pedoman pengendalian dalam mengkoordinasikan setiap aktivitas-aktivitas proyek yang melibatkan beberapa kontraktor berbeda.