digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER N.G.M Citra Anggi Aprilia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 N.G.M Citra Anggi Aprilia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 N.G.M Citra Anggi Aprilia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 N.G.M Citra Anggi Aprilia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 N.G.M Citra Anggi Aprilia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA N.G.M Citra Anggi Aprilia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Indonesia tengah melangkah maju menuju energi terbarukan, namun ketahanan energi Indonesia saat ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil khususnya batu bara, minyak bumi dan natural gas. Di samping itu, industri hulu minyak dan gas bumi di Indonesia saat ini tengah menetapkan rencana jangka panjang dalam mencapai produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030. PT Pertamina Hulu Rokan (PT PHR) sebagai salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama turut mendukung tercapainya target rencana jangka panjang tersebut seiring dengan tetap memperhatikan kondisi global yang mempengaruhi industri hulu minyak dan gas bumi khususnya terkait energi transisi dimana peranan minyak sebagai sumber energi akan menurun. PT PHR bersama PT Pertamina Power Indonesia, sebagai subholding PT Pertamina Persero, saat ini sedang memulai serangkaian proses pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Wilayah Kerja Rokan untuk mendukung pengurangan emisi karbon dan mewujudkan target pemerintah dalam percepatan transisi energi dan pencapaian sasaran bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 serta mencapai netzero emission pada tahun 2060. Lokasi dan kondisi geografis Wilayah Kerja Rokan memberikan potensi output daya fotovoltaik yang cukup tinggi untuk instalasi PLTS. PLTS secara keseluruhan akan menempati lahan seluas 28,87 hektar di tiga lokasi, yaitu Rumbai, Duri, dan Dumai. PLTS direncanakan akan memiliki kapasitas 10% dari total kebutuhan ii Wilayah Kerja Rokan dengan kapasitas produksi sebesar 25 MWp pada fase 1 di tahun 2023 dan direncanakan dapat mencapai 100 MWp pada fase 3 di tahun 2026. Penelitian ini berfokus pada analisis internal dan eksternal dalam penerapan pemanfaatan energi terbarukan menggunakan energi surya di PT PHR serta mengusulkan rencana percepatan untuk mengatasi tantangan internal dan eksternal pada misi PT PHR dalam menjalankan program energi terbarukan menggunakan PLTS. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis internal melalui Kerangka Kerja VRIO, analisis eksternal melalui Kerangka Kerja PESTEL dan Porter’s Five Forces serta Analisis SWOT dan TOWS, STP (Segmentation, Targeting, dan Positioning) serta Strategi Bisnis melalui Model Diamond. Beberapa alat analisis yang disebutkan di atas menghasilkan beberapa saran untuk PT PHR agar dapat mempercepat penggunaan energi terbarukan menuju emisi bersih netral. Beberapa implementasi yang disarankan untuk PT PHR adalah perluasan PLTS untuk meningkatkan profitabilitas, pendirian lini bisnis baru untuk produksi panel surya, dan pendirian bisnis pengelolaan limbah surya yang baru. Ketiga tindakan ini dapat memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh PT PHR, serta mengatasi ancaman dan meningkatkan kelemahan perusahaan. Selain itu, pendirian lini produksi industri energi surya dan sistem pengelolaan limbah surya akan membagi perusahaan menjadi berbagai skala dan wilayah yang menerapkan PLTS untuk penggunaan pribadi, komersial, dan industri. Secara khusus, target akan difokuskan pada perusahaan-perusahaan nasional yang mencari spesifikasi panel surya yang berbeda, perusahaan nasional yang ingin memenuhi peralatan lain serta memenuhi kuota TKDN mereka untuk mendapatkan manfaat dan mengejar efisiensi biaya, serta perusahaan multinasional yang ingin mensubsidi peralatan mereka kepada produsen yang lebih murah di negara-negara maju. Dalam hal strategi bisnis, PT PHR akan berfokus untuk mengembangkan produk panel surya dengan biaya total yang lebih rendah (karena kemampuan untuk mengurangi biaya impor pembeli) dengan produk dan layanan premium. Seperti dalam perluasan PLTS, karena status PLN sebagai satu-satunya pembeli, strategi ini akan digunakan untuk dua tujuan utama: mengurangi biaya energi PT PHR secara keseluruhan, terutama di area WK Rokan, dan menjual listrik yang dihasilkan kepada PT PLN.