digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fildzah Raihan Kiasati
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Sejarah dari sebuah warisan kota serta seluruh masyarakat yang terlibat di dalamnya dapat diinterpretasikan menjadi sebuah kawasan cagar budaya. Penetapan kawasan bersejarah tersebut menjadi kawasan cagar budaya oleh pemerintah kota bertujuan untuk mempertahankan nilai sejarah pada kawasan. Nilai sejarah pada sebuah kawasan cagar budaya menjadi salah satu faktor yang menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk berkunjung dan beraktivitas di kawasan tersebut. Daya tarik yang ada pada kawasan dapat berbentuk daya tarik tangible (berwujud fisik) dan intangible (berwujud non-fisik). Daya tarik ini perlu diidentifikasi sebelum dapat diperolehnya pendapat masyarakat untuk dapat menentukan langkah pengembangan kawasan kedepannya. Salah satu langkah yang sering digunakan untuk pengembangan kawasan konservasi adalah pariwisata. Dengan pengelolaan yang tepat, wisata pada kawasan cagar budaya perkotaan (urban heritage tourism) dapat digunakan sebagai alat untuk mempertahankan atau melestarikan cagar budaya di kawasan perkotaan (urban heritage). Salah satu contoh dari objek pariwisata perkotaan bersejarah adalah kawasan penduduk yang terbagi berdasarkan etnis tertentu seperti kampung Cina atau Pecinan. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan elemen fisik (tangible) dan non fisik (intangible) yang berpotensi menjadi daya tarik objek pariwisata kawasan cagar budaya perkotaan (urban heritage tourism/UHT) serta pendapat pengunjung dan penduduk mengenai unsur tersebut di kawasan pecinan Ketandan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah mix method. Metode kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi serta mengklasifikasi potensi daya tarik objek pariwisata kawasan pada kawasan Pecinan Ketandan. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk melakukan analisis korelasi. Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan pendapat pengunjung dan penduduk terhadap daya tarik yang telah teridentifikasi dan terklasifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa daya tarik yang paling berkorelasi dengan keinginan pengunjung untuk berkunjung dan mengunjungi kembali adalah objek pariwisata berwujud fisik (tangible) dan aktivitas penduduk (permukiman dan perdagangan). Sedangkan bagi penduduk, daya tarik yang paling mempengaruhi ketersetujuan mereka terhadap pengembangan kawasan adalah objek pariwisata berwujud fisik (tangible) serta objek wisata berwujud non-fisik (intangible), berupa kegiatan festival Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY). Ketertarikan pengunjung dan ketersetujuan penduduk tetap perlu diiringi dengan pengembangan pada elemen-elemen yang memiliki nilai korelasi sangat lemah, terutama pada dasar rancang kota yaitu elemen akses, sirkulasi dan parkir.