digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Devi Permatasari
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Instalasi pengolahan limbah pewarna UMKM batik yang belum efektif menyebabkan senyawa pewarna dapat mencemari lingkungan. Alternatif pengolahan limbah pewarna menggunakan jamur sebagai agen pendegradasi dan limbah agroindustri sebagai media pertumbuhan dapat dipilih sehingga tetap menerapkan konsep keberlanjutan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja Marasmiellus palmivorus dalam mengolah limbah pewarna Remazol Turquoise Blue G-133 (RTB G-133) dengan memanfaatkan limbah kulit kentang dan kulit singkong sebagai media pertumbuhan. Limbah kulit kentang dan kulit singkong yang digunakan sebagai bantalan pada reaktor adalah rasio 7:3 (w/w). Sistem akan mengalirkan limbah pewarna secara intermitten dengan variasi konsentrasi 100, 150, dan 300 ppm. Perlakuan terdiri dari penggunaan bantalan media lignoselulosa dengan jamur (P1), tanpa jamur (P2), terhadap kontrol (K) berupa limbah pewarna. Analisis meliputi dekolorisasi, pH, aktivitas lakase dan peroksidase, analisis thin layer chromatography (TLC), dan uji toksisitas. Hasil dekolorisasi menunjukkan tren fluktuatif dengan nilai maksimum pada konsentrasi 100 dan 150 ppm berturut-turut yaitu 18,99% dan 14,42% (P1) serta 29,46% dan 27,67% (P2), sedangkan pada konsentrasi 300 ppm tidak terjadi dekolorisasi. K teramati tidak mengalami dekolorisasi pada seluruh konsentrasi. Aktivitas enzim lakase dan total peroksidase maksimum pada P1 sebesar 43,49 U/L dan 2,21 U/L (100 ppm), 31,2 U/L dan 10,44 U/L (150 ppm), serta 61,64 U/L dan 16,88 U/L (300 ppm). Pada P2 dan K tidak teramati adanya aktivitas enzim ligninolitik. Nilai pH seluruh perlakuan berada pada rentang 6-8 dengan tren pH yang meningkat. Hasil TLC P1 dan P2 konsentrasi 100 ppm menunjukkan adanya degradasi pewarna yang terlihat dari tidak adanya spot yang terbentuk pada plat. Detoksifikasi teramati pada P1 konsentrasi 100 ppm dengan nilai LC50 yang tertinggi dibandingkan limbah pewarna tanpa pengolahan. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kulit kentang dan kulit singkong dapat digunakan sebagai media alternatif pertumbuhan jamur serta produksi enzim ligninolitik sehingga berpotensi sebagai agen pengolahan limbah pewarna yang ramah lingkungan.