digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Vismaia Isanjarini
PUBLIC Irwan Sofiyan

Ratusan erupsi telah terjadi sejak tahun 1967, hal ini menandakan Gunung Semeru sebagai salah satu gunung berapi paling aktif dan berbahaya di dunia. Erupsi yang terjadi pada tahun 2021 menimbulkan korban jiwa sebanyak 242 orang dan 10.395 penduduk diungsikan dari kawasan rawan bencana. Terjadinya erupsi tampak tiba-tiba seperti yang dilaporkan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) bahwa sebelum erupsi pada tanggal 4 Desember 2021, tidak terdeteksi adanya gempa vulkanik dalam (VTA) maupun gempa vulkanik dangkal (VTB), sehingga kemungkinan adanya proses intrusi magma dari bawah ke dekat permukaan sulit diketahui. Untuk mengamati fenomena yang terjadi di permukaan sebelum terjadinya erupsi tersebut, citra Landsat-8 dengan resolusi 30 m, PlanetScope 3 m dan Sentinel-1 3 m digunakan. Transformasi Gram-Schmidt pan-sharpening dilakukan untuk meningkatkan resolusi spasial citra Landsat-8 30 m ekivalen dengan citra PlanetScope 3 m. Metode ini diterapkan pada citra sebelum dan setelah erupsi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di permukaan yang dapat memicu erupsi, seperti longsor. Hasil pan-sharpening menunjukan sebelum dan setelah terdapat torehan dibagian tenggara Gunung Semeru yang diduga sebagai jejak longsor. Hasil ini divalidasi dengan nilai statistik minmum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Korelasi pearson yang dihasilkan pun mendekati nilai 1. Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggabungkan hasil pan-sharpening dan hasil deformasi InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar), tiga belas hari sebelum erupsi, volume dan luas telah berkurang sekitar 9.682 m3 dan 270.000 m2. Berdasarkan data periode Agustus 2019-Agustus 2022 didapati dua pola yaitu pola pengurangan sebelum erupsi dan penambahan setelah erupsi. Hal ini dapat menunjukan prekursor longsor sebelum erupsi yang mengindikasikan bahwa sebelum erupsi, puncak Gunung Semeru telah kehilangan beban yang memicu keluarnya magma dari reservoir dangkal secara seporadis membentuk erupsi eksplosif. Fenomena ini ditunjukan juga oleh deformasi yang terdeteksi berupa longsor di bagian puncak yang mengindikasikan bahwa erupsi tidak berhubungan langsung dengan penambahan magma di reservoir dangkal. Terjadinya pengurangan beban secara tiba-tiba ini didukung pula oleh laporan pengamatan visual, curah hujan yang tinggi, dan morfologi longsor yang diapat melalui drone.