digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fandi Rahanra
PUBLIC Dewi Supryati

Dalam upaya global untuk mengurangi dampak gas rumah kaca (GHG), negara- negara di seluruh dunia tengah berjuang secara aktif untuk mengurangi emisi CO2, terutama yang berasal dari sektor transportasi – yang notabene merupakan penyumbang utama emisi karbon. Dalam konteks ini, salah satu solusi yang telah diajukan untuk meredakan emisi CO2 dari sektor transportasi adalah adopsi mobil listrik, atau electric vehicles (EV), sebagai alternatif bagi mobil konvensional dengan mesin pembakaran dalam atau Internal Combustion Engine Vehicles (ICEV) yang mengandalkan bahan bakar fosil. Di Indonesia, Pemerintah telah melangkah dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2019 sebagai upaya untuk mendorong penggunaan mobil listrik. Proses implementasi mobil listrik sebagai pengganti mobil konvensional mengharuskan adanya analisis yang mendalam terkait dampak emisi CO2 yang dihasilkan. Dengan alasan tersebut, penelitian ini mengadopsi metodologi Life Cycle Assessment (LCA) untuk mengukur dampak emisi CO2 dari mobil listrik dan melaksanakan perbandingan menyeluruh dengan kendaraan konvensional, meliputi seluruh tahap dalam siklus hidupnya: produksi, transportasi, penggunaan, dan tahap akhir masa pakai. Hasil analisis LCA mencerminkan bahwa mobil listrik memiliki potensi untuk mengurangi emisi CO2 sebanyak 23 - 33 ton CO2 setara atau sekitar 50 – 70% dari emisi CO2 yang ditimbulkan oleh kendaraan konvensional. Selain evaluasi dampak emisi CO2, penelitian ini juga mengembangkan suatu model dinamika sistem untuk mensimulasikan perjalanan adopsi mobil listrik di Indonesia. Model simulasi adopsi mobil listrik ini didasarkan pada teori bass diffusion model, yang memvisualisasikan proses adopsi mobil listrik melalui dua kelompok pengadopsi: kelompok inovasi dan kelompok imitasi. Simulasi perkembangan adopsi mobil listrik diperlakukan hingga tahun 2032, memberikan kerangka proyeksi untuk pengurangan emisi selama periode tersebut. Penelitian ini juga melibatkan simulasi dari tiga kebijakan sentral yang diimplementasikan oleh pemerintah, yakni kebijakan bauran sumber energi listrik, kebijakan insentif pengurangan harga mobil listrik, dan kebijakan insentif peningkatan investasi dalam pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Dari hasil simulasi ini, terbukti bahwa target pemerintah untuk mencapai 2,2 juta mobil listrik pada tahun 2030 dapat terwujud dengan menerapkan kombinasi skenario insentif dalam harga mobil listrik dan insentif dalam peningkatan investasi SPKLU secara bersamaan.